Kamis, 04 April 2013


Tiroid  merupakan kelenjar kecil, dengan diameter sekitar 5 cm dan terletak di leher, tepat dibawah jakun. Kedua bagian tiroid dihubungkan oleh ismus, sehingga bentuknya menyerupai huruf H atau dasi kupu-kupu.
Dalam keadaan normal, kelenjar tiroid tidak terlihat dan hampir tidak teraba, tetapi bila membesar, dokter dapat merabanya dengan mudah dan suatu benjolan bisa tampak dibawah atau di samping jakun.

Kelenjar tiroid

Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid, yang mengendalikan kecepatan metabolisme tubuh.
Hormon tiroid mempengaruhi kecepatan metabolisme tubuh melalui 2 cara:

1. Merangsang hampir setiap jaringan tubuh untuk menghasilkan protein
2. Meningkatkan jumlah oksigen yang digunakan oleh sel.

Jika sel-sel bekerja lebih keras, maka organ tubuh akan bekerja lebih cepat.

Untuk menghasilkan hormon tiroid, kelenjar tiroid memerlukan yodium, yaitu suatu eleman yang terdapat di dalam makanan dan air.
Kelenjar tiroid menangkap yodium dan mengolahnya menjadi hormon tiroid.
Setelah hormon tiroid digunakan, beberapa yodium di dalam hormon kembali ke kelenjar tiroid dan didaur-ulang untuk kembali menghasilkan hormon tiroid.

Tubuh memiliki mekanisme yang runit untuk menyesuaikan kadar hormon tiroid.
Hipotalamus (terletak tepat di atas kelenjar hipofisa di otak) menghasilkan thyrotropin-releasing hormone, yang menyebabkan kelenjar hipofisa mengeluarkan thyroid-stimulating hormone (TSH).
Sesuai dengan namanya, TSH ini merangsang kelenjar tiroid untuk menghasilkan hormon tiroid.
Jika jumlah hormon tiroid dalam darah mencapai kadar tertentu, maka kelenjar hipofisa menghasilkan TSH dalam jumlah yang lebih sedikit; jika kadar hormon tiroid dalam darah berkurang, maka kelenjar hipofisa mengeluarkan lebih banyak TSH. Hal ini disebut mekanisme umpan balik.

Hormon tiroid terdapat dalam 2 bentuk:

1. Tiroksin (T4), merupakan bentuk yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid, hanya memiliki efek yang ringan terhadap kecepatan metabolisme tubuh.
2. Tiroksin dirubah di dalam hati dan organ lainnya ke dalam bentuk aktif, yaitu tri-iodo-tironin (T3).
Perubahan ini menghasilkan sekitar 80% bentuk hormon aktif, sedangkan 20% sisanya dihasilkan oleh kelenjar tiroid sendiri.


Perubahan dari T4 menjadi T3 di dalam hati dan organ lainnya, dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya kebutuhan tubuh dari waktu ke waktu.
Sebagian besar T4 dan T3 terikat erat pada protein tertentu di dalam darah dan hanya aktif jika tidak terikat pada protein ini. Dengan cara ini, tubuh mempertahankan jumlah hormon tiroid yang sesuai dengan kebutuhan agar kecepatan metabolisme tetap stabil.

Agar kelenjar tiroid berfungsi secara normal, maka berbagai faktor harus bekerjasama secara benar:
- hipotalamus
- kelenjar hipofisa
- hormon tiroid (ikatannya dengan protein dalam darah dan perubahan T4 menjadi T3 di dalam hati serta organ lainnya).


GEJALA

Gejala-gejala penyakit tiroid


DIAGNOSA

Untuk mengetahui fungsi kelenjar tiroid, bisa dilakukan beberapa pemeriksaan laboratorium.
Salah satu pemeriksaan yang paling sering dilakukan adalah pengukuran kadar TSH di dalam darah. Hormon ini merangsang kelenjar tiroid, karena itu jika kelenjar tiroid kurang aktif maka kadar hormon ini tinggi; sedangkan jika kelenjar tiroid terlalu aktif , maka kadar hormon ini rendah.

Biasanya pemeriksaan yang perlu dilakukan adalah pengukuran kadar TSH dan kadar T4 yang bebas dalam darah.
Tetapi bisa juga dilakukan pengukuran kadar protein globulin pengikat tiroksin, karena kadar protein yang Abnormal bisa menimbulkan kesalahpahaman dalam menilai kadar hormon tiroid total.
Penderita penyakit ginjal, beberapa penyakit keturunan atau pemakaian steroid anabolik memiliki kadar globulin pengikat tiroksin yang rendah. Sebaliknya, wanita hamil, pemakai pil KB atau estrogen lainnya, penderita Hepatitis stadium awal dan beberapa penyakit lainnya, memiliki kadar globulin pengikat tiroksin yang tinggi.

Beberapa pemeriksaan bisa dilakukan pada kelenjar tiroid.
Jika diduga terdapat pertumbuhan di dalam kelenjar tiroid, dilakukan pemeriksaan USG, untuk menentukan apakah pertumbuhan ini berupa cairan atau padat.
Skening kelenjar tiroid dengan yodium radioaktif atau teknetium, bisa menunjukkan kelainan fisik pada kelenjar tiroid. Skening tiroid juga bisa membantu menentukan apakah fungsi dari suatu daerah tiroid bersifat normal, terlalu aktif atau kurang aktif.

Jika masih belum yakin apakah kelainannya terletak pada kelenjar tiroid atau kelenjar hipofisa, maka dilakukan pemeriksaan perangsangan fungsional.
Pada salah satu dari pemeriksaan ini dilakukan penyuntikan thyrotropin-releasing hormone intravena dan pemeriksaan darah untuk mengukur respon dari kelenjar hipofisa.
fungsi utama kelenjar tiroid adalah mengumpulkan yodium dan mengubahnya menjadi hormon tiroid, yakni tiroksin (T4) dan triyodotironin (T3). Sel tiroid merupakan satu-satunya sel dalam tubuh yang menyerap yodium.

Rumput laut (seaweed), alga, ganggang dan lamun (seagrass) adalah tumbuhan yang memiliki perbedaan. Rumput laut atau yang biasa disebut dengan seaweed merupakan tanaman makro alga yang hidup di laut yang tidak memiliki akar, batang dan daun sejati dan pada umummnya hidup di dasar perairan. Rumput laut disebut tanaman karena memiliki klorofil (zat hijau daun) sehingga bisa berfotosintesis. Rumput laut juga sering disebut sebagai alga atau ganggang pada daerah-daerah tertentu di Indonesia. Akan tetapi rumput laut (seaweed) berbeda dengan lamun (seagrass). Lamun adalah tanaman yang hidup dilaut dan tidak memiliki klorofil. Lamun merupakan kompetitor bagi rumput laut, dan biasanya tumbuh di daerah dekat pantai yang cenderung kotor. Rumput laut bersama-sama dengan lamun adalah kontributor penting pada rantaimakanan di perairan pantai (Luning, 1990). Tumbuhan bentik ini pada lingkungan laut terbukti sebagai penyedia habitat dan makanan untuk herbivora (Dawes, 1981).
Makroalga tersebar di daerah litoral dan sublitoral. Daerah tersebut masih memperoleh cahaya cukup, sehingga proses fotosintesis dapat berlangsung (Dawes 1981: 13). Makroalga menyerap nutrisi berupa fosfor dan nitrogen dari lingkungan sekitar perairan (Leviton 2001: 270) sehingga makroalga dapat dijadikan bioindikator sekaligus sebagai filter kondisi perairan.

I. PENDAHULUAN

1.1.      Latar Belakang

Perairan umum adalah bagian permukaan bumi yang secara permanen atau berkala digenangi oleh air, baik air tawar, air payau maupun air laut, mulai dari garis pasang surut terendah ke arah daratan dan badan air tersebut terbentuk secara alami ataupun buatan. Perairan umum tersebut diantaranya adalah sungai, danau, waduk, rawa, goba, genangan air lainnya (telaga, kolong-kolong dan legokan).
Waduk atau danau buatan adalah genangan air yang terbentuk karena pembendungan aliran sungai oleh manusia. Perairan waduk umumnya mempunyai kedalaman dan luas permukaan berfluktuasi kecil. Fluktuasi tersebut sangat ditentukan oleh fungsi waduk yaitu sebagai pembangkit tenaga listrik, pengendali banjir, pengairan, MCK, kegiatan budidaya ikan, rekreasi dan perikanan.
Dengan terbentuknya perairan waduk maka kegiatan perikanan menjadi mata pencaharian pokok maupun mata pencaharian sambilan bagi penduduk disekitar waduk yang kehilangan lahan usaha akibat pembenduangan waduk. Usaha perikanan.
Air merupakan sumber daya alam yang memiliki manfaat bagi keberlangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya. Sungai merupakan tempat dan wadah serta jaringan pengaliran air dari mata air sampai ke muara (Suharti, 2004).

 Salah satu metode umum dalam peramalan debit air sungai adalah dengan menggunakan analisis time series berdasarkan data masa lalu yang relevan. Seiring berkembangnya pengetahuan, analisis time series mengalami perubahan dalam dekade terakhir. Meskipun demikian, masih terdapat aplikasi-aplikasi dimana estimasinya akurat untuk digunakan dalam analisis time series, seperti model Autoregressive Moving Average (ARMA). (Mohammadi, 2006).
Selanjutnya Sihotang (1989) mengemukakan, waduk adalah bentuk perairan yang terletak diantara perairan sungai dan danau. Setiap waduk mempunyai morfologi yang unik, oleh karena itu tidak dapat digeneralisasikan antara satu waduk dengan waduk yang lain karena di waduk terdapat perbedaan yang menyolok antara lotik dan lentik.
            Menurut Sihotang (1989), ciri khas waduk adalah mempunyai aliran yang searah dari sungai utama. Waktu pergantian air relatif singkat. Perkembangan trofiknya memperlihatkan eutrofik yang akan berubah menjadi oligotrofik. Nutrien yang kaya akan memperlihatkan produktivitas dan setelah pengaliran air yang searah akan membuang nutrien ke sungai di bagian bawah. Menurut Carlo (2001), waduk merupakan tempat yang digunakan untuk menyimpan air sebelum diolah baik untuk air minum ataupun keperluan lain, lazimnya waduk dan danau sebagai tempat penyimpan air dengan kualitas yang baik.
1.2.       Tujuan

Tujuan diadakan Praktikum ini adalah untuk mengetahui jumlah unsur hara dan nutrien yang dimanfaatkan oleh organisme untuk fotosintesis.
1.3.       Manfaat

Adapun manfaat yang diperoleh adalah mengetahui untuk mengetahui konsentrasi larutan nitrat – Nitrogen, tinggi intesitas warna.


II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Nitrat Nitrogen.
Nitrata(NO3)aadalahabentukautamaanitrogenadiperairanaalamiadanamerupakananutrienautamaabagiapertumbuhanatanaman dan algae. Senyawa ini dihasilkan dari proses oksidasi sempurna senyawa nitrogen di perairan. Nitrifikasi yang merupakan proses yang penting dalam siklus nitrogen dan berlangsung aerob (Effendi, 2003). Nitrat adalah salah satu jenis senyawa kimia yang sering ditemukan dialam, seperti  dalam tanaman dan air. Senyawa ini terdapat dalam tiga bentuk,yaitu ion nitrat (ion NO 3). Ketiga bentuk senyawa nitrat ini menyebabkan efekyang sama terhadap senyawa nitrat ini menyebabkan efek yang samaterhadap ternak meskipun pada konsentrasi yang berbeda (Stohenow danLardy, 1998; Cassel dan Barao 2000 dalam Yuningsih, 2007).
Faktor-faktor yang mempengaruhi sebagai berikut :
Dalam kondisi dimana konsentrasi oksigen terlarut sangat rendah dapat terjadi proses kebalikan dari nitrifikasi yaitu proses denitrifikasi dimana nitratmelalui nitrit akan menghantarkan nitrogen bebas yang akhirnya akan lemas keaudaraaatauadapatajugaakembaliamembentukaamonium/amnikmelalui proses amnonifikasi nitrat (Barus, 2001). Di perairan alami, nitrat (NO3) biasanya ditemukan dalam  jumlah  sangat  sedikit, lebih sedikit dari pada nitrat, karena bersifat tidak stabil dengan keberadaan oksigen (Effendi, 2003).

2.2. Orthopospat.

Orthofospat merupakan bentuk yang dapat dimanfaatkan secara langsung oleh tumbuh akuatik. Sedangkan poliposfat harus mengalami hidroisis membentuk orthofosfat terlebih  dahulu  sebelum dapat dimanfaatkansebagai sumber fosfor. Setelah masuk ke dalamatumbuhan,amisalnyafitoplankton,afosfataorganikamengalami perubahan menjadi orgarofosfat (Effendi, 2003). Ortofosfat merupakan nutrisi yang paling penting dalam menentukanproduktivitas perairan. Keberadaan fosfat di perairan dengan segera dapatdiserap oleh bakteri, phytoplankton dan makrofita (Sembiring, 2008).
Faktor-faktor yang mempengaruhi sebagai berikut :
KetersediaanaunsurauntukatanamanasangataditentukanaolehapHatanah.aPadaatanahamasamaPadiikataolehaAladenganaFeasehingga tidak dapatdigunakan tanaman. Pemberian P pada tanaman sebaliknya tidak disebar, tetapi diberikan dalam tarikan agar kontrak denan Al dengan Fe dapat ditekan(Manik, 2009). Menurut Fansuri (2009), distribusi bentuk yang beragam dari fosfat di air laut dipengaruhi oleh proses biologi dan fisik. Di permukaan air, fosfatdiangkut oleh fitoplankton sejak proses fotosintesis. Konsentrasi fosfat di atas 0,3 mm akan menyebabkan kecepatan pertumbuhan pada banyak spesiesfitoplankton.

III. BAHAN DAN METODE


3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilakasanakan pada hari Senin tanggal 16  November  2011 pada pukul 10. 00 WIB di Laboratorium Limnologi dan mengambil data di Waduk Faperika Universitas Riau.

3.2. Bahan dan alat

Bahan dan alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah  alat tulis, larutan H2SO4, larutan brucine, larutan aquades, larutan amonium molybdate, saringan Whatman,

3.3. Metode Praktek

Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode brucine dan metode SnCl serta dengan menggunakan spektrofotometer merupakan alat untuk megukur konsentrasi nitrat- fosfat.
3.4.  Prosedur Praktikum

             Dalam kegiatan praktikum ini prosedur yang dilakukan adalah :
1.      Nitrat - nitrogen, yaitu :
• Ambil air sampel  25- 50 ml dan disaring dengan kertas whatman dengan ukuran 40.
• Ambil air sebanyak  25 ml yang telah disaring dan masukan kedalam gelas piala.
• Masukan 0,5 ml larutan brucine
• Masukan 5 ml larutan asam sulfat
• Masukan larutan 5 ml aquades dan buat larutan blanko
• Buat persamaan regresinya ( y = a +bx )
2.      Orthoposfor  yaitu :
• Sediakan objek glass dan filter yang sudah dibersihkan
• Ambil air sampel 25- 50 ml dan disaring dengan kertas whatman dengan ukuran 40.
• Ambil air sebanyak 25 ml yang telah disaring dan masukan kedalam gelas piala.
• Masukan 0,5 ml larutan brucine
• Masukan 5 tetes larutan amonium molybdate
• Masukan larutan 5 ml aquades dan buat larutan blanko
 • Buat persamaan regresinya ( y = a +bx ).

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Hasil yang diperoleh selama praktikum adalah :
1.      Nitrat - nitrogen, yaitu :
• Ambil air sampel  5 ml dan disaring dengan kertas whatman dengan ukuran 40.
• Ambil air sebanyak  5 ml yang telah disaring dan masukan kedalam gelas piala.
• Masukan 0,1 ml larutan brucine, diaduk (warna kuning muda)
• Masukan 1 ml larutan asam sulfat pekat,diaduk (warna tetap kuning muda). Berarti Nitratnya rendah.
2.      Orthoposfor  yaitu :
• Sediakan objek glass dan filter yang sudah dibersihkan
• Ambil air sampel 5 ml dan disaring dengan kertas whatman dengan ukuran 40.
• Ambil air sebanyak 5 ml yang telah disaring dan masukan kedalam gelas piala.
• Masukan 0,2 ml larutan amonium molybdate, aduk
• Masukan larutan 1 tetes  SnCl2, diaduk diamkan selama 10 menit.
( Warna biru muda )
• Berarti Fosfat Rendah
4.2. Pembahasan  

Dari hasil pengamatan yang dilakukan bahwa nitrat air sampelnya rendah karena air samplenya berwarna kuning muda sesudah ditambahkan Brucine dan asam sulfat pekat. Sedangkan Fosfat juga rendah yang mana air sampelnya berwarna biru muda sesudah ditambahkan ammonium molybdate dan SnCl2.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Nitrat  sebagai berikut :
Dalam kondisi dimana konsentrasi oksigen terlarut sangat rendah dapat terjadi proses kebalikan dari nitrifikasi yaitu proses denitrifikasi dimana nitratmelalui nitrit akan menghantarkan nitrogen bebas yang akhirnya akan lemas keaudaraaatauadapatajugaakembaliamembentukaamonium/amnikmelalui proses amnonifikasi nitrat (Barus, 2001). Di perairan alami, nitrat (NO3) biasanya ditemukan dalam  jumlah  sangat  sedikit, lebih sedikit dari pada nitrat, karena bersifat tidak stabil dengan keberadaan oksigen (Effendi, 2003).
Faktor-faktor yang mempengaruhi fosfat sebagai berikut :
KetersediaanaunsurauntukatanamanasangataditentukanaolehapHatanah.aPadaatanahamasamaPadiikataolehaAladenganaFeasehingga tidak dapatdigunakan tanaman. Pemberian P pada tanaman sebaliknya tidak disebar, tetapi diberikan dalam tarikan agar kontrak denan Al dengan Fe dapat ditekan(Manik, 2009). Menurut Fansuri (2009), distribusi bentuk yang beragam dari fosfat di air laut dipengaruhi oleh proses biologi dan fisik. Di permukaan air, fosfatdiangkut oleh fitoplankton sejak proses fotosintesis. Konsentrasi fosfat di atas 0,3 mm akan menyebabkan kecepatan pertumbuhan pada banyak spesies fitoplankton.
  
VI. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan

            Dari pangamatan yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa :
Ø  Nitrat  di dalam air sample adalah rendah karena warna airnya kuning muda.
Ø  Fospat didalam air sample adalah rendah karena warna biru muda.
5.2. Saran

Sebaiknya pada waktu praktikum ini dilaksanakan, lebih dijelaskan lagi mengenai bagian-bagian pada objek pratikum tersebut. Dan sebaiknya praktikan melengkapi buku-buku yang menunjang pelaksanaan praktikum agar praktikan lebih mengerti .

DAFTAR PUSTAKA



Anonimous. 2004. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup. No. 5 1 Tahun  2004. Tentang : Baku Mutu Air Laut. 2004. 11 hal.
Hidayat,aA.a2009.AsiditasadanaAlkalinitasa http://environmentalaua.blogspot.com/2009/04/asiditas-dan-alkalinitas.htmlDiakses tanggal 19 Oktober 2009.
Huet, H.B.N. 1970. Water Quality Criteria for Fish Life Bioiogical Problems in Water Pollution. PHS. Publ. No. 999-WP-25. 160-167 pp.
Jones, H.R.E. 1964. Fish and River Pollution. Buther Worth. London : 203 pp.
Odum, E.P. 1971. Fundamental of Ecology. W.B. Saunder Com. Philadelphia 125 pp.
Pescod, M. D. 1973. Investigation of Rational Effluen and Stream Standards for
Tropical Countries. A.I.T. Bangkok, 59 pp
Todd, D. K., 1980. Groundwater hydrology, John Wiley & Sons, Inc., 2nd edition, New York
Triatmodjo. B., 1996, Hidraulika I. Beta offset. Yogyakarta.
Salmin. 2000. Kadar Oksigen Terlarut di Perairan Sungai Dadap, Goba, Muara Karang dan Teluk Banten. Dalam : Foraminifera Sebagai Bioindikator Pencemaran, Hasil Studi di Perairan Estuarin Sungai Dadap, Tangerang (Djoko P. Praseno, Ricky Rositasari dan S. Hadi Riyono, eds.) P3O - LIPI hal 42 - 46
Sawyer, C.N and P.L., MC CARTY, 1978. Chemistry for Environmental Engineering. 3rd ed. Mc Graw Hill Kogakusha Ltd.: 405 - 486 pp.
Sihotang, C.,  1989. Limnologi I. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru. 33 hal. (tidak diterbitkan).
Swingle, H.S. 1968. Standardization of Chemical Analysis for Water and Pond Muds. F.A.O. Fish, Rep. 44, 4 , 379 - 406 pp.
Wardoyo, S.T.H. 1978. Kriteria Kualitas Air Untuk Keperluan Pertanian dan Perikanan. Dalam : Prosiding Seminar Pengendalian Pencemaran Air. (eds Dirjen Pengairan Dep. PU.), hal 293-300.
Wirosarjono, S. 1974. Masalah-masalah yang dihadapi dalam penyusunan criteria kualitas air guna berbagai peruntukan. PPMKL-DKI Jaya, Seminar Pengelolaan Sumber Daya Air. , eds. Lembaga Ekologi UNPAD. Bandung, 27 - 29 Maret 1974, hal 9 – 15








 









I. PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang
Perairan umum adalah bagian permukaan bumi yang secara permanen atau berkala digenangi oleh air, baik air tawar, air payau maupun air laut, mulai dari garis pasang surut terendah ke arah daratan dan badan air tersebut terbentuk secara alami ataupun buatan. Perairan umum tersebut diantaranya adalah sungai, danau, waduk, rawa, goba, genangan air lainnya (telaga, kolong-kolong dan legokan).
Waduk atau danau buatan adalah genangan air yang terbentuk karena pembendungan aliran sungai oleh manusia. Perairan waduk umumnya mempunyai kedalaman dan luas permukaan berfluktuasi kecil. Fluktuasi tersebut sangat ditentukan oleh fungsi waduk yaitu sebagai pembangkit tenaga listrik, pengendali banjir, pengairan, MCK, kegiatan budidaya ikan, rekreasi dan perikanan.
Dengan terbentuknya perairan waduk maka kegiatan perikanan menjadi mata pencaharian pokok maupun mata pencaharian sambilan bagi penduduk disekitar waduk yang kehilangan lahan usaha akibat pembenduangan waduk. Usaha perikanan.
Air merupakan sumber daya alam yang memiliki manfaat bagi keberlangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya. Sungai merupakan tempat dan wadah serta jaringan pengaliran air dari mata air sampai ke muara (Suharti, 2004).

 Salah satu metode umum dalam peramalan debit air sungai adalah dengan menggunakan analisis time series berdasarkan data masa lalu yang relevan. Seiring berkembangnya pengetahuan, analisis time series mengalami perubahan dalam dekade terakhir. Meskipun demikian, masih terdapat aplikasi-aplikasi dimana estimasinya akurat untuk digunakan dalam analisis time series, seperti model Autoregressive Moving Average (ARMA). (Mohammadi, 2006).
Selanjutnya Sihotang (1989) mengemukakan, waduk adalah bentuk perairan yang terletak diantara perairan sungai dan danau. Setiap waduk mempunyai morfologi yang unik, oleh karena itu tidak dapat digeneralisasikan antara satu waduk dengan waduk yang lain karena di waduk terdapat perbedaan yang menyolok antara lotik dan lentik.
            Menurut Sihotang (1989), ciri khas waduk adalah mempunyai aliran yang searah dari sungai utama. Waktu pergantian air relatif singkat. Perkembangan trofiknya memperlihatkan eutrofik yang akan berubah menjadi oligotrofik. Nutrien yang kaya akan memperlihatkan produktivitas dan setelah pengaliran air yang searah akan membuang nutrien ke sungai di bagian bawah. Menurut Carlo (2001), waduk merupakan tempat yang digunakan untuk menyimpan air sebelum diolah baik untuk air minum ataupun keperluan lain, lazimnya waduk dan danau sebagai tempat penyimpan air dengan kualitas yang baik.
1.2. Tujuan
Tujuan diadakan Praktikum ini adalah untuk mengetahui jumlah air yang mengalir dari waduk persatuan waktu.
1.3. Manfaat
Adapun manfaat yang diperoleh adalah mengetahui cara pengukuran dan penggunaan alat dalam mengetahui debit air di suatu perairan khususnya perairan waduk.



II. TINJAUAN PUSTAKA
 

Ilyas et al. (1989) mengatakan bahwa waduk adalah badan air yang terbentuk karena pembendungan aliran sungai oleh manusia. Pembangunan waduk serbaguna diperuntukkan bagi keperluan pencegah banjir, pembangkit tenaga listrik dan sebagai penampung air yang digunakan pada musim kemarau (Jorgensen, 1980).
Selanjutnya Sihotang (1989) mengemukakan, waduk adalah bentuk perairan yang terletak diantara perairan sungai dan danau. Setiap waduk mempunyai morfologi yang unik, oleh karena itu tidak dapat digeneralisasikan antara satu waduk dengan waduk yang lain karena di waduk terdapat perbedaan yang menyolok antara lotik dan lentik.
            Menurut Sihotang (1989), ciri khas waduk adalah mempunyai aliran yang searah dari sungai utama. Waktu pergantian air relatif singkat. Perkembangan trofiknya memperlihatkan eutrofik yang akan berubah menjadi oligotrofik. Nutrien yang kaya akan memperlihatkan produktivitas dan setelah pengaliran air yang searah akan membuang nutrien ke sungai di bagian bawah.
Menurut Carlo (2001), waduk merupakan tempat yang digunakan untuk menyimpan air sebelum diolah baik untuk air minum ataupun keperluan lain, lazimnya waduk dan danau sebagai tempat penyimpan air dengan kualitas yang baik.
Dalam hidrologi dikemukakan, debit air sungai adalah, tinggi permukaan air sungai yang terukur oleh alat ukur pemukaan air sungai. Pengukurannya dilakukan tiap hari, atau dengan pengertian yang lain debit atau aliran sungai adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang melewati suatu penampang melintang sungai per satuan waktu. Dalam sistem satuan SI besarnya debit dinyatakan dalam satuan meter kubik per detik (m3/dt).  (Todd, D. K., 1980.)
Faktor- faktor menetu debit air adalah  Intensitas hujan ,Pengundulan Hutan dan Pengalihan hutan menjadi lahan pertanian. ( Reilly, T. E., Goodman. A. S., 1985 )



III. BAHAN DAN METODE
 

3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilakasanakan pada hari Rabu tanggal 26 Oktober  2011 pada pukul 10. 00 WIB di Laboratorium Limnologi dan mengambil data di Waduk Faperika Universitas Riau.

3.2. Bahan dan alat
Bahan dan alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah  alat tulis, 90 north weir  untuk mengukur debit air, penggaris  untuk mengukur lebar , tali dan meteran untuk mengukur kedalaman, stopwatch  untuk menghitung waaktu

3.3. Metode Praktek
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode weir dengan menentukan lebar weir yang digunakan, kemudian membendung selokan dengan menggunakan Weir, mengukur tinggi perairan di dasar perairan sampai garis bawah air, mengukur ketinggian air setelah dipasang Weir., terakhir menghitung debit dengan menggunakan rumus 90 north weir.
3.4.  Prosedur Praktikum
             Dalam kegiatan praktikum ini prosedur yang dilakukan adalah dengan mengukur  lebar waduk dengan tali rafia kemudian mengukur kedalaman waduk. Mencatat tinggi perairan dengan menggunakan 90 north Weir dan hitung waktu dengan menggunakan stopwach.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Diketahui :  W1 : 2 m              W2 : 1,9 m                  W3 : 1,5 m     
                    D1 : 0,5 m           D2 : 0,4 m                   D3 : 0.35 m
                        T : 32 detik      H : 0,59 m       L : 1,5 m          A : 0,8
Ditanya  : a. Debit air ?
                 b. hasil mengunakan 90 north weir ?
Jawaban : a. Debit air
                        R := WDAL/ T
                        R = 1,8 m x 0,42 m x 0,8 x 1,5 m / 32 detik
                            = 0,03 m3/s
                 b. 90 north weir
                        Q = 2,5 H5/2
                            = 2,5 x 0,59 5/2
                            = 1,3 m3/s
4.2. Pembahasan
Dari hasil pengamatan yang dilakukan bahwa nilai debit air di waduk fakultas perikanan dan ilmu kelautan adalah 0,03 m3/s dan nilai weir dengan menggunakan 90 north weir adalah 1,3 m3/s.


VI. KESIMPULAN DAN SARAN
 

5.1. Kesimpulan
            Dari pangamatan yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa nilai debit air di waduk fakultas perikanan dan ilmu kelautan adalah 0,03 m3/s dan nilai weir dengan menggunakan 90 north weir adalah 1,3 m3/s.

5.2. Saran
Untuk lebih memahami materi sekaligus cara kerja dari setiap praktikan maka diharapkan agar memahami materi yang akan diujikan terlebih dahulu.

DAFTAR PUSTAKA
 

Bishop, J.E. 1973. Limnologi of Small Malaya River Gombak. Dr. W. Junk. V.B. Publisher the Hague. 205p.
Carlo, N., 2001. Efek Pengudaraan terhadap Kualitas Air Waduk Tropika. Jurnal Lembaga PenelitianUniversitas Gadjah Mada Yogyakarta. 3 (1): 1 – 7.
Dahril, T., 1998. Reformasi di Bidang Perikanan Menuju Perikanan Indonesia Yang Tangguh Abad ke-21, hal 25-34. Dalam Feliatra (editor) Strategi Pembangunan Perikanan dan Kelautan Nasional Dalam Meningkatkan Devisa Negara. Universitas Riau Press, Pekanbaru.
Edmonson, W. T., 1958. Fresh Water Biology. 2 nd. John Wiley and Sons, inc New York.
Ilyas. S, H. Atmadja, S.K. Endi, P. Kunto dan S. Sisi, 1989. Petunjuk Teknis Pengelolaan Perairan Waduk bagi Pembangunan Perikanan. Dirjen Perikanan, Jakarta. 19 hal. 
Jorgensen, S.E., 1980. Lake Management. Pergaman Press. Oxford. 167 hal.
Nontji. A, 1981. Faktor-Faktor yang Berkaitan dengan Dinamika Kelimpahan Phytoplankton. Tesis. Fakultas Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. 25 halaman. (tidak diterbitkan).
Sihotang, C.,  1989. Limnologi I. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru. 33 hal. (tidak diterbitkan).
Todd, D. K., 1980. Groundwater hydrology, John Wiley & Sons, Inc., 2nd edition, New York
Triatmodjo. B., 1996, Hidraulika I. Beta offset. Yogyakarta.