Sabtu, 26 November 2011

I.                  PENDAHULUAN


1.1.Latar Belakang

         Ikan merupakan organisme tingkat tinggi yang memiliki nilai ekonomis dan ekologi penting. Mengingat pentingnya keberadaan ikan dalam suatu ekosistem, maka diperlukan pengetahuan tentang beberapa aspek biologi, antara lain tingkat kematangan gonad, fekunditas, hubungan panjang berat dan analisa saluran pencernaan yang merupakan kunci penting dan harus diperhatikan untuk menjamin kelestarian sumberdaya dan usaha budidaya ikan tersebut.
Salah satu jenis ikan air tawar yang potensial untuk dikembangkan adalah ikan Tambakan Helostoma temmincki. Ikan tambakan merupakan spesies yang mampu beradaptasi terhadap kondisi perairan yang marginal, seperti derajat keasaman perairan yang relatif rendah dan adanya dominasi ikan-ikan yang sering menimbulkan masalah di perairan umum. Disamping itu ikan tambakan umumnya jarang terserang penyakit atau parasit. Kalau ada penyakit yang menyerang tidaklah berbahaya. Ikan tambakan ini juga memiliki alat pernapasan tambahan yang biasanya disebut labirin. Ikan ini juga merupakan salah satu ikan ekonomis penting yang ada diperairan tawar. (Hardjamulia, 1978).

1.2.Tujuan dan Manfaat
Tujuan praktikum ini adalah agar Mahasiswa mengetahui cara mendapatkan telur dari ovari individu ikan untuk dihitung nilai fekunditasnya. Serta ada beberapa metode untuk menghitung telur yaitu metode jumlah, metode volume metrik, metode gravimetrik, dan metode  von bayer. Setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan. Oleh karena itu sebelum memutuskan untuk memilih metoda dalam menghitung nilai fekunditas ikan harus dikenali dengan baik sifat dari setiap spesies ikan yang diteliti. Manfaat yang diperoleh setelah melaksanakan praktikum adalah  hampir Mahasiswa mengetahui bagaimana cara menghitung fekunditas telur dengan beberapa metode.


 II.     TINJAUAN PUSTAKA       


Ikan tambakan termasuk kedalam Pisces, Subclas Teleostei, Ordo Perciformes, Subordo Anabantoidei, Famili Helostomatidae, Genus Helostoma, Spesies Helostoma temmincki  (Kottelat et al, 1993). Sedangkan (Saanin ,1984) mengatakan ikan tambakan masuk kedalam ordo Labyrinthici, Subordo Anabantoidei, Famili Anabantidae, Genus Helostoma, Spesies Helostoma temmincki.
Ciri-ciri dari ikan tambakan adalah badan kesamping (comprered) dan berbentuk oval/lonjong. Mulut monyong, dapat disembulkan, celah mulut horizontal sangat kecil. Rahang atas dan bawah sama, bibir tebal mempunyai deretan gigi biasanya ujungnya hitam.
Sisik tergolong ctenoid, jika diraba kasar karena ada duri-duri pada tepinya. Jari-jari sirip pertama mengalami modifikasi berbenttuk benang memanjang. Sisik pada daerah punggungkehijau-hijauan atau kelabu, lebih terang pada bagian perut dan mempunyai garis membujur/longitudinal (Saanin, 1984).
Kesukaannya menempelkan bibir tebalnya pada benda apapun atau pada bibir pasangannya menjadikan ikan tambakan ini mendapat sebutan Kissing gouramy. (Ardiwinata, 1981).
Ikan tambakan merupakan ikan sungai atau rawa  yang cocok dipelihara dikolam yang sirkulasi airnya kurang lancar,atau miskin oksigen. Seperti ikan-ikan lain yang tergolong Labyrinthici ikan tambakan pun mempunyai alat pernapasan tambahan yang dapat mengambil oksigen langsung dari udara bebas. Oleh karenanya pemasukan air yang berlebihan dikolam kurang diperlukan, malah boleh dikatakan tidak baik dikarenakan akan menghanyutkan zat-zat makanan yang ada dikolam. Hal ini perlu diperhatikan terutama bagi yang baru pertama kali mengusahakan kolam ikan. Sebab tidak jarang akan cendrung memasukkan air sebanyak-banyaknya kedalam kolam karena sering melihat yang demikian itu pada petani ikan yang mengusahakan ikan mas dan sejenisnya (Sjamsudin, 1980).
Ikan tambakan menghendaki tempat yang hangat, yang bisanya berada pada ketinggian  antara 150-750 m dari permukaan air. Suhu optimum yang memberikan hasil yang baik bagi pemeliharaan ikan ini antara0C.
Ikan tambakan baik benih yang masih kecil maupun ikan dewasa menyukai plankton yang melayang-layang dalam air. Namun bila persediaan ini menipis atau berkurang, maka ikan-ikan ini akan merubah haluan mulai menyerang epi dan perifiton yang menempel pada tanaman air atau batu-batuan.
Ikan tambakan ini menyukai permukaan dan daerah pertengahan perairan. Sehingga jika dilakukan pemupukan, lebih banyak ditujukan untuk memupuk airnya dan bukan dasar kolamnya. 

III. BAHAN DAN METODE

3.1.Waktu dan Tempat
        Praktikum Biologi Perikanan ini dilaksanakan pada hari selasa dan jum’at, pada tanggal 17 Oktober 2011 dari pukul 10.30-13.30 WIB. Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Perikanan.

3.2.Bahan dan Alat
   Bahan yang digunakan selama praktikum mengenai Fekenditas dan Diameter Telur adalah Ikan Tambakan Helostoma temmincki. Ikan Tambakan ini didapat dari perairan tawar yang punya peluang untuk dijadikan sebagai ikan budidaya.
  Sedangkan alat-alat yang digunakan selama praktikum berlangsung adalah nampam, jarum, gelas ukur, penggaris, pinsil serta buku laporan sementara.

3.3.Metode Praktikum
         Ada beberapa metode yang digunakan selama praktikum Fekunditas dan Diameter Telur berlangsung. Metode yang pertama yaitu metode jumlah, metode volumetrik, metode gravimetrik dan metode von bayer. Sedangkan pada praktikun ini metoda yang di gunakan ialah metode volumetrik. Dari beberapa metode yang digunakan ada kelebihan dan kekurangan. Oleh karena itu sebelum memutuskan untuk memilih metode dalam menghitung nilai fekunditas ikan harus dikenali dengan baik sifat dari setiap spesies ikan yang diteliti.

3.4.Prosedur Praktikum
         Cara mendapatkan telur dari ovari individu ikan untuk dihitung nilai fekunditasnya dapat dilakukan dengan dua cara :

1. Telur diambil dari induk ikan betina yang sudah matang gonad sempurna dan siap untuk di keluarkan pada waktu memijah.   

2.. lalu ovari yang telah di ambil tersebut diawetka menggunakan formalin.. 

3. Prosedur yang harus dikerjakan praktikan adalah :  

    ovari yang telah diawetkan dicuci agar tidak terlalu bau  

4.timbang ovari yang telah di cuci  

5.hitung jumlah telur pada bagian anterior, tengah dan posterior  

6.Mengukur dan mencatat data diameter telur dimasing-masing bagian ovari  

7.Menghitung nilai sebaran setiap ovari dengan metode volumetrik. 

8.Buat dan serahkan laporan kerja sementara berdasarkan pengamatan dan pencatatan 

9. Buat laporan lengkap dalam bentuk paper dan serahkan pada asisten sebelum praktikum minggu berikutnya dilaksanakan.

    IV.       HASIL DAN PEMBAHASAN


    4.1.Hasil

    4.1.1. Klasifikasi Ikan Tambakan

    Klasifikasi Ikan Tambakan menurut (Saanin, 1984) yaitu :
    Kelas         : Pisces
    Subclas      : Teleostei
    Ordo          : Labyrinthici
    Subordo    : Anabntidei
    Famili        : Anabantidae
    Genus        : Helostoma
    Spesies      : Helostoma temmincki
    Gambar. Ikan Tambakan (Helostoma temminckii)

    4.1.3. Metode Penghitungan Telur
                Untuk menghitung telur ada beberapa metode yang dapat digunakan yaitu metode jumlah, metode volumetric, metode gravimetric, dan metode von bayer.
    Dalam praktikum yang digunakan untuk menghitung fekunditas dan diameter telur adalah Metode Volumetrik.
    Dik :                                                                X :
             V : 22 ml                                                   : 22 
              v : 1 ml                                                        1
                                                                           
              x  : 2247,66       X         : 49448,52 butir ≈ 49448 butir



    Mengukur Diameter telur

    Bagian kiri       :    Posterior = 0,9
                                  Tengah =0,76
                                  Anterior =0,83
    Bagian kanan :                  Posterior =0,9
                                  Tengah =0,76
                                  Anterior =0,83
    4.1.4. Sebaran Diameter Telur dalam Ovari
                Ovari pada ikan terdapat di dalam tubuh ikan. Bentuknya juga bergantung pada rongga tubuh yang tersedia. Tetapi pada umumnya mempunyai bentuk tubuh yang memanjang. Jumlahnya sepasang dan menggantung pada mesentris (mesovaria). Posisinya persis di bawah tulang punggung dan ginjal serta disamping gelembung udara. Warnanya bervariasi mulai daritransparan sampai kuning emas atau abu-abu.
    4.2.Pembahasan
    Perhitungan nilai fekunditas ini dilakukan dengan metode volumetrik yaitu dengan memasukkan air 20 ml ke dalam gelas ukur dan masukkan sampel maka yang dihitung berapa kenaikan air yang bertambah. Perhitungan tersebut menggunakan rumus metode volumetrik.
                Rumus :       V
                            X =        x 
                                     v
                                    
    Dimana : X = Jumlah telur dalam ovari yang akan dihitung
                    x = Jumlah rataan telur dari sub sampel ovari
                   V = Volume ovari
                   v = Volume sub sampel ovar
    Perhitungan nilai fekunditas dengan metode volumetrik baru dapat dilakukan setelah mengetahui nilai volume dari semua sub sampel dan jumlah seluruh telur dari sub sampel yang diambil secara zig zag sehingga jumlah nilai fekunditasnya dari seluruh telur dapat diketahui dan berguna untuk mengetahui berapa jumlah larva/benih yang dihasilkan apabila ikan itu memijah.
                Dari data yang didapatkan selama praktikum dapat disimpulkan bahwa ikan sampel telah mengalami matang gonad. Hal ini ditunjukkan dengan ukuran diameter telur yang berkisar antara 0,76 mm – 0,9 mm dan jumlah total telur adalah 16.882 butir.

    V. KESIMPULAN DAN SARAN


    4.3.Kesimpulan

    Dari data hasil prakrikum dapat disimpulkan bahwa ikan sampel telah mengalami matang gonad. Hal ini ditunjukkan dengan ukuran diameter telur yang berkisar antara 0,76  mm – 0,90  mm dan jumlah total telur ikan tambakan yang telah diamati adalah 49.448 butir.
    4.4.Saran
    Dari praktikum yang telah dilaksanakan hendaknya perlu memperhatikan yakni keadan ovari yang telah diawetkan hendaknya dalam keadaan baik agar waktu diteliti dapat dilakukan dengan baik pula. Para praktikan juga harus hati-hati terutama pada waktu penulisan data yang menyangkut perhitungan. Selain itu sebelum melakukan praktikum para praktikan hendaknya sudah menguasai bahan-bahan materi yang akan dipraktikumkan sehingga memudahkan untuk pemahamannya waktu praktikum.






    I.                   PENDAHULUAN



    1.1. Latar Belakang

    Secara garis besar susunan saluran pencernaan pada ikan terdiri dari mulut, oesophagus, lambung, intestinum dan anus. Akan tetapi, pada jenis ikan Channa organ saluran pencernaan antara lambung dan intestinumnya terdapat pyloric caeca. Selain itu pada mulut ikan dapat dijumpai gigi yang berperan untuk mambantu mendapatkan makanan. (Pulungan, 2006)
            Secara garis besarnya ikan dapat dibedakan menjadi golongan predator, grezer, pemikat, penyumpit, penunggu atau pemalas penyaring makanan dan parasit berdasarkan cara makanannya (Lagler et al, 1977). Umumnya ikan-ikan yang memakan binatang makroskopis mempunyai adaptasi tertentu. Mempunyai gigi pencengkaram yang berkembang dengan baik.
    Berdasarkan pertimbangan itulah praktikum dilaksanakan agar praktikan dapat melihat susunan saluran pencernaan, bentuk mulut dan gigi, bentuk dan ukuran lambung serta intestinum yang dimiliki setiap jenis ikan bervariasi,  bentuk insang, serta ukuran saluran pencernaan, sehingga menyebabkan setiap spesies ikan cara mengambil dan mendapatkan makanan bervariasi.

    1.2. Tujuan dan Manfaat
               Tujuan dari pelaksanaan praktikum ini yaitu dapat mengamati isi kandungan saluran pencernaan, juga mengamati bentuk, posisi dan ukuran bukaan mulut, bentuk insang, susunan saluran pencernaan dan ukuran saluran pencernaan dari suatu spesies ikan.
        Sedangkan manfaat yang dapat diperoleh yaitu dapat mengetahui apakah ikan yang di amati itu termasuk ikan yang tergolong karnivor, herbivor maupun herbivor dengan melihat kandungan yang di makan ikan tersebut.

    II. TINJAUAN PUSTAKA




    Ikan tambakan termasuk kedalam Pisces, Subclas Teleostei, Ordo Perciformes, Subordo Anabantoidei, Famili Helostomatidae, Genus Helostoma, Spesies Helostoma temmincki  (Kottelat et al, 1993). Sedangkan (Saanin ,1984) mengatakan ikan tambakan masuk kedalam ordo Labyrinthici, Subordo Anabantoidei, Famili Anabantidae, Genus Helostoma, Spesies Helostoma temmincki.
    Ikan Tambakan (Helostoma temminckii) bentuk tubuhnya compressed, kepala kepala kecil, mulut terdapat diujung kepala (terminal). Pada sudut mulut terdapat dua sungut posisi sudut perut terdapat sirip dada adalah abdominal. (Kottelat. A.J.et al 1993)
             Sistem pencernaan pada ikan terdiri dari dua bagian yaitu : saluran pencernaan (tractus digestivus) dan kelenjar pencernaan (glandula digestoria). Saluran pencernaan tersebut terdiri dari mulut, kerongkongan, esophagus, lambung serta usus. Sedangkan kelenjar pencernaan terdiri dari hati dan kantung empedu. Lambung dan usus juga berfungsi sebagai kelenjar pencernaan (Mudjiman, 2001 dan Putra et al., 2001).
            Mulut pada ikan dibentuk oleh rahang atas (maxilla) dan rahang bawah (mandibula), diantara kedua rahang tersebut terdapat rongga mulut (cavum oris) (Putra et al., 2001). Pencernaan secara mekanik di mulai di bagian rongga mulut yaitu dengan berperannya gigi dalam proses pemotongan dan penggerusan makanan, kemudian dilanjutkan kebagian lambung dan usus yaitu dengan aanya gerakan-gerakan atau kontraksi otot pada bagain tersebut. Pencernaan secara mekanik yang terjadi di lambung dan usus akan terjadi secara lebih efektif karena adanya bantuan aktivitas cairan digestif. Pencernaan secara kimiawi di mulai di bagian lambung. Hal ini disebabkan karena cairan digestif yang berperan dalam pecernaan secara kimiawi mulai dihasilkan di bagian lambung. Pencernaan ini selanjutnya disempurnakan pada usus. (Affandi et al., 1992).
              Menurut Bond (1987) esophagus berbentuk pendek dan fleksibel (dapat membesar) terdiri dari dua lapisan otot yaitu lapisan otot memanjang (longitudinal) dan lapisan otot membulat (circular) dan banyak terdapat kelenjar-kelenjar lendir, terdapat kelenjar gastric serta sebagian ikan esofagusnya bersambungan dengan pundi gas (fisostom).
           Ukuran lambung sangat berpengaruh terhadap daya tampung ikan tersebut menampung makanan yang masuk. Lambung nerupakan tempat dimulainya proses pencernaan secara kimiawi dengan bantuan enzim-enzim sesuai dengan pendapat Bond (1987) lambung merupakan tempat untuk menyimpan makanan dan proses permulaan dari pencernaan dengan mencampurkan bahan makanan yang ditelan dengan lelehan gastrik dan organ ini dapat membesar dan mengembang atau mengecil sesuai dengan makanan yang dimakannya.

    III. BAHAN DAN METODE


    3.1. Waktu dan Tempat

                Praktikum biologi perikanan berlangsung pada tanggal 24 Oktober 2011 pada pukul 10.30-13.00 WIB. Dilaksanakan di Laboratorium Biologi Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau.

    3.2. Bahan dan Alat
                Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu saluran pencernaan ikan Tambakan. Sedangkan alat yang digunakan yaitu wadah tempat meletakkan saluran pencernaan, pena untuk penulisan data, pensil untuk menggambar, mikroskop untuk membantu dalam mengamati isi dari saluran pencernaan (lambung dan usus), penghapus untuk menghapus, objek glass untuk meletakkan sampel di bawah mikroskop, tabung glass untuk mengukur volume makanan, cawan petri untuk meletakkan isi makanan yang telah dikeluarkan, rol ukuran 30 cm untuk mengukur panjang dari tubuh ikan, kain lap untuk kebersihan dan buku laporan praktikum sementara untuk hasil pengamatan sementara.

    3.3. Metode Praktikum

        Metode yang digunakan yaitu metode volumetrik yakni mengukur volume makanan yang terdapat dalam setiap saluran pencernaan ikan. Selain itu praktikum ini berpedoman pada buku penuntun praktikum Biologi Perikanan, serta buku-buku literatur yang berhubungan dengan hasil pengamatan selama praktikum berlangsung.
    3.4. Prosedur Praktikum

    Dalam melakukan praktikum ikan yang dijadikan objek praktikum terlebih dahulu dibersihkan kemudian diletakkan di atas nampan. Amati saluran pencernaan tersebut  kemudian gambarlah ikan yang dipraktikumkan dengan baik, kemudian ukur panjang dari saluran pencernaannya, dan identifikasi jenis makanan alami yang terdapat dalam saluran pencernaan (lambung dan intestinum) dengan cara melihat di mikroskop kandungan yang terdapat di dalam saluran percernaan ikan tambakan  tersebut.

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN







    4.1. Hasil
                   Ikan tambakan masuk kedalam ordo Labyrinthici, Subordo Anabantoidei, Famili Anabantidae, Genus Helostoma, Spesies Helostoma temmincki.
                Jenis-jenis makanan alami ikan yang ditemukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
    Jenis Makanan
    Tetes 1
    Tetes 2
    Tetes 3
    Tetes 4
    Tetes 5
    Tetes 6
    Tetes 7
    Tetes 8
    Tetes 9
    Tetes 10
    Cocconcus pediculus
    5
    2
    3
    5
    6
    1
    -
    4
    7
    1
    Tolypothrix
    -
    3
    1
    7
    5
    4
    3
    1
    2
    -
    Diatoma vulgare
    2
    1
    6
    4
    3
    2
    1
    -
    3
    -
    Chlimocodium
    -
    2
    4
    8
    -
    7
    9
    -
    2
    1
    Merismopedia minuta frithsch
    3
    4
    6
    7
    8
    10
    -
    1
    -
    -
    Glococystus vesiculosa naog
    -
    5
    1
    2
    4
    -
    3
    5
    4
    3

    Tabel 1. Jumlah Jenis makanan ikan Tambakan
    Metode Volumetrik yaitu :
    v  Cocconcus pediculus                            =  62,8333 ml
    v  Tolypothrix                                           =  56,3333 ml
    v  Diatoma vulgare                                  =  49,8333 ml
    v  Chlimocodium                                      =  71,5000 ml
    v  Merismopedia minuta frithsch              =  84,5000 ml
    v  Glococystus vesiculosa naog                =  58,5000 ml
                Jadi makan utama ikan tambakan tersebut yaitu Merismopedia minuta frithsch.      
                            Tabel 2. Jenis-jenis makanan pada ikan Tambakan
    Cocconcus pediculus
    Tolypothrix
    Diatoma vulgare
    Chlimocodium
    Merismopedia minuta frithsch
    Glococystus vesiculosa naog

    4.2. Pembahasan
    Ikan tambakan yang diamati mempunyai usus yang jauh lebih panjang dari ukuran tubuhnya dikarenakan ikan Tambakan adalah termasuk ikan herbivora,dari pratikum tersebut kami mengambil 6 jenis contoh makanan, dan metode yang digunakan adalah metode volumetric. Jenis makanan yang utama ikan tambakan adalah Merismopedia minuta frithsch.
             Ikan herbivor tidak mempunyai gigi dan mempunyai tapis insang yang lembut untuk menyaring phytoplankton dari air. Ikan herbivor tidak mempunyai lambung yang sesungguhnya, lambung hanya merupakan bagian usus yang mempunyai jaringan otot kuat, mengekskresi asam, mudah mengembang terdapat di bagian muka alat pencerna makanannya. Ususnya panjang berliku-liku dan berdinding tipis. 
              V.                KESIMPULAN DAN SARAN



    5.1.Kesimpulan

    Dari praktikum yang telah dilaksanakan diketahui bahwa ikan Tambakan (Helostoma temminckii) tergolong kedalam ikan herbivora yaitu jenis ikan yang memakan tumbuhan. Hal itu dapat diketahui dari panjang saluran pencernaan yaitu  panjang salurannya lebih panjang dari panjang tubuh ikan tambakan yang diamati.


    5.2. Saran

              Dari praktikum yang telah dilaksanakan hendaknya perlu memperhatikan yakni keadaan saluran pencernaan yang telah diawetkan hendaknya dalam keadaan baik agar waktu diteliti dapat dilakukan dengan baik pula. Para praktikan juga harus hati-hati terutama pada waktu penulisan data yang menyangkut perhitungan. Selain itu sebelum melakukan praktikum para praktikan hendaknya sudah menguasai bahan-bahan materi yang akan dipraktikumkan sehingga memudahkan untuk pemahamannya waktu praktikum.
















    I. PENDAHULUAN 

    1.1.  Latar Belakang

                 Ikan merupakan salah satu organisme yang hidup di air, dimana setiap individu mempunyai ciri yang berbeda satu sama lain terutama dalam menentukan jenis kelamin setiap individu. Untuk mengetahui ciri yang menentukan jenis kelamin ikan diperlukan pengamatan terhadap organ reproduksinya.
    Pengetahuan mengenai seksualitas ikan merupakan suatu kegiatan yang menarik untuk dipelajari dan dikembangkan terutama bagi orang-orang yang berkecimpung di bidang biologi perikanan. Setelah bidang biologi pada khususnya mengenai tentang seksualitas pada berbagai jenis ikan sungguhlah banyak keutungannya terutama dalam bidang budidaya perikanan.
                 Pengenalan mengenai seksualitas dalam budidaya erat kaitannya karena, hal ini akan mengetahui bagaimana memperoleh bibit atau induk-iduk yang unggul. Aplikasi dari mengetahui seksualitas pada ikan ialah bagaimana kita menemukan induk-induk unggul yang menghasilkan bibit-bibit anak ikan yang unggul pula baik untuk budidaya maupun dalam koleksi populasi ikan jenis tersebut dalam suatu ekologi ekosistem.
                 Pulungan (2006) mengatakan penentuan ciri seksual yang diamati pada setiap individu ikan terdiri dari ciri seksual primer dan ciri seksual sekunder. Penampakan ciri seksual sekunder pada individu ikan ada yang bersifat permanen dan ada juga yang bersifat sementara.
                 Menurut Pulungan, Putra, Nuraini, Aryani Dan Efiyeldi (1996), untuk membedakan suatu individu ikan baik ikan jantan maupun ikan betina kita dapat memperhatikan ciri- ciri seksual yang dimilikinya yaitu ciri seksual primer atau sekunder. Pengamatan terhadap ciri seksual primer dapat dilakukan dengan cara membelah tubuh ikan dibagian perut dapat dilakukan dengan cara membelah tubuh ikan dibagian perut dan kemudian memperhatikan gonat yang dimilikinya, gonad tersebut adalah tetes atau ovari. Untuk membedakan tetes atau ovari adalah dengan memperhatikan warna gonad, bentuk permukaan  gonad dan diameter gonad, sedangkan cara kedua adalah memperhatikan ciri seksual sekunder yakni penentuan jenis kelamin dilakukan dengan cara memperhatikan bentuk tubuh dan organ pelengkapnya.
                 Dari penjelasan diatas maka penulis tertarik untuk melakukan praktikum untuk mengetahui jenis kelamin individu ikan terutama pada ikan lele baik dilihat dari ciri seksual sekunder maupun ciri seksual primer.

    1.2.  Tujuan dan Manfaat
                 Kegiatan praktikum ini bertujuan untuk mengetahui jenis kelamin individu ikan baik dari penampakan ciri seksual primer maupun ciri seksual sekunder. Praktikum ini diharapkan agar mahasiswa dapat mengetahui secara jelas untuk mengetahui jenis kelamin individu ikan.




    II. TINJAUAN PUSTAKA


    Saanin (1984), Menyatakan bahwa ikan Tambakan termasuk kedalam Phylum:  Chordata, Class: Pisces, Sub Phylum: Teleostei, Ordo: Labyrinthici, Subordo:  Anabantodea, Family: Anabantidae, Genus: Helostoma, dan Genus: Helostoma temmincki .
    Ikan terkenal sebagai makhluk hidup yang mempunyai potensi fekunditas yang tinggi dimana kebanyakan jenis ikan yang merupakan penghasil telur beribu-ribu bahkan berjuta-juta butir setiap tahun. Apabila alam tidak mengaturnya maka dunia ini akan sangat padat sekali dengan ikan. (Effendie (1979)
    Bagian reproduksi ikan sebelum terjadi pemijahan adalah proses perkembangan gonad yang semakin matang. Selama proses ini sebagian besar hasil metabolisme tertuju pada perkembangan gonad. (Pulungan dan Pardinan, 1986)
    Sumantadinata (1983), mengatakan bahwa gonad ikan disebut juga kelenjar biak. Gonad ikan betina dinamakan ovarium. Sedangkan gonad ikan jantan dinamakan testes. Ovarium ikan terletak memanjang didalam rongga badan dan biasanya terdapat sepasang yang terletak masing-masing dikiri dan kanan antara gelembung renang diatas usus. Sedangkan testes pada ikan jantan sepasang dapat sama panjang dan ada pula yang salah satunya lebih panjang dari yang lain.
    Pulungan (2000), mengatakan bahwa sifat seksual primer pada ikan ditandai dengan adanya organ yang secara langsung berhubungn dengan proses reproduksi yaitu ovarium dan pembuluhnya. Sifat seksual sekunder ialah tanda-tanda yang dapat dipakai untuk memebedakan ikan jantan dan betina. Apabila spesies ikan mempunyai sifat morfologi yang dapat dipakai untuk membedakan ikan jantan dan betina maka speises ikan itu mempunyai seksual dimorphisme. Dan bila untuk menjadi tanda adalah warna  maka ikan itu memiliki sifat dikromotisme. Biasanya warna ikan Jantan lebih cerah dari warna ikan betina.

                

     III. BAHAN DAN METODE

     3.1. Waktu dan Tempat
                 Kegiatan praktikum ini dilaksanakan pada hari senin tanggal 10 Oktober 2011 jam 10.30 WIB – 13.30 WIB bertempat di Laboratorium Biologi Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau.

    3.2. Bahan dan Alat
                 Adapun bahan yang digunakan dalam kegiatan praktikum ini adalah ikan Tambakan (Helostoma temmincki). Alat-alat yang digunakan adalah sebagai berikut: 1). Timbangan. Timbangan berfungsi sebagai alat untuk mengukur berat tubuh ikan yang akan dipraktikumkan yaitu ikan Tambakan yang akan digunakan untuk data pada pengamatan seksualitas sekunder. 2). Rol. Rol berfungsi untuk mengukur panjang tubuh ikan yang meliputi: Tl, Sl, Bdh, Fl, dan HdL. Yang kemudian ini berfungsi dalam menetukan seksualitas sekunder. 3). Gunting, pinset, dan alat tusuk, yang berfungsi sebagai alat yang digunakan sebagai alat bedah pada saat penentuan seksualitas primer.4). Alat tulis. Yang berguna untuk menuliskan data yang telah didapatkan pada saat praktikum.

    3.3. Metode Praktikum
                 Dalam kegiatan praktikum ini metode yang digunakan adalah metode pengamatan langsung terhadap objek ikan yang dipraktikumkan.


    3.4. Prosedur Praktikum
                 Dalam kegiatan praktikum ini prosedur yang dilakukan adalah dengan mengukur  setiap bagian tubuh individu ikan yang meliputi panjang total, panjang badan dan atau panjang fork. Selanjutnya dilakukan penimbangan setiap individu ikan dan pembelahan bagian abdominal untuk mengetahui jenis kelamin apakah jantan atau betina.
                 Mencatat penampakan ciri seksual sekunder (dimorphisme dan dichromatisme) pada indifidu ikan jantan dan atau betina yang diamati, mengukir betuk secara lengkap dan jelas pembedaan penampakan ciri seksual primer dan sekunder , mengambar bentuk testes dan ovari yang tampak, membuat laporan sementara dan membuat laporan.

     IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


    4.1. Hasil
                 Pelaksanaan praktikum ini dilakukan dengan menggunakan ikan Tambakan sebagai objek pengamatan, ikan yang diamati sebanyak 25 ekor. Data yang diamati meliputi ukuran morphometrik dan berat setiap individu ikan, serta mengamati ciri seksual sekunder dan ciri seksual primer. Dari pengamatan seksualitas primer maka jenis kelamin ikan yang dipraktikumkan dapat ditentukan dengan hasil seperti pada table di bawah ini.

    Untuk membedakan ikan yang berjenis kelamin jantan dan betina, maka dapat dibedakan berdasarkan gonad yang ada. Gonad yang berbentuk testis berarti ikan tersebut berjenis kelamin jantan demikian juga sebaliknya jika gonad yang ada berbentuk ovari, maka ikan tersebut berjenis kelamin betina. Gambar ovari dan testis dapat dilihat pada gambar di bawah ini:


    Tabel. 1. Ciri Seksual Primer Ikan Tambakan (Helostoma temmincki)

    Keterangan
    Jantan
    Betina



    Bentuk gonad







    Gambar.1 testis.

                                     






    Gambar.2 Ovari.

    Warna gonad
    Putih susu

    Kuning keemasan
    Adanya butiran telur
    Tidak ada

    Ada

    Tabel. 2. Ciri Seksual Sekunder Ikan Tambakan (Helostoma temmincki)

    Keterangan
    Jantan
    Betina
    a. Dimorpometrik:
    1. Ukuran tubuh
    2. Bentuk ujung sirip punggung
    3. Bentuk tengkuk kepala


    Sempit
    Runcing

    Kecil


    Lebar
    Melengkung

    Besar

    b. Dicromatis
    1. warna pada tubuh

    Terang



    Gelap
                                     
    Tabel. 3. Pengukuran Morpometrik ikanTambakan (Helostoma temmincki)
                  
    N0
    Nama ikan
    TL (mm)
    SL (mm)
    Bdh
    (mm)
    Hdl (mm)
    Berat (gr)
    Jenis kelamin
    TKG
    1.
    Tambakan
    125
    93
    40
    31
    30
    Jantan
    IV
    2.
    Tambakan
    125
    100
    55
    35
    50
    Jantan
    IV
    3.
    Tambakan
    140
    110
    60
    39
    50
    Betina
    IV
    4.
    Tambakan
    130
    100
    50
    35
    30
    Jantan
    IV
    5.
    Tambakan
    130
    100
    50
    35
    40
    Jantan
    IV
    6.
    Tambakan
    135
    115
    55
    31
    49
    Jantan
    IV
    7.
    Tambakan
    140
    120
    50
    40
    50
    Jantan
    IV
    8.
    Tambakan
    110
    105
    50
    32
    30
    Jantan
    IV
    9.
    Tambakan
    120
    110
    55
    36
    40
    Jantan
    IV
    10
    Tambakan
    145
    130
    55
    42
    50
    Jantan
    IV
    11
    Tambakan
    155
    120
    60
    40
    60
    Betina
    IV
    12
    Tambakan
    145
    109
    50
    35
    50
    Jantan
    IV
    13
    Tambakan
    145
    110
    50
    38
    50
    Jantan
    IV
    14
    Tambakan
    135
    105
    52
    38
    50
    Jantan
    IV
    15
    Tambakan
    138
    107
    58
    38
    50
    Betina
    IV
    16
    Tambakan
    150
    120
    48
    37
    50
    Jantan
    IV
    17
    Tambakan
    140
    110
    50
    35
    50
    Jantan
    IV
    18
    Tambakan
    145
    110
    45
    35
    50
    Jantan
    IV
    19
    Tambakan
    133
    105
    48
    35
    50
    Jantan
    IV
    20
    Tambakan
    130
    110
    40
    35
    50
    Jantan
    IV
    21
    Tambakan
    145
    110
    60
    45
    49
    Jantan
    IV
    22
    Tambakan
    135
    110
    55
    45
    50
    Belum Berkembang
    -
    23
    Tambakan
    145
    120
    65
    45
    50
    Betina
    IV
    24
    Tambakan
    160
    125
    55
    45
    50
    Jantan
    IV
    25
    Tambakan
    130
    110
    43
    45
    40
    Jantan
    IV

    4.2. Pembahasan.

    4.2.1. Pengamatan ciri seksual primer.
    Ikan Tambakan mempunyai gonad yaitu testes pada ikan jantan dan ovari pada ikan betina. Pada gonad jantan (testes) tidak memiliki butiran telur. Testes pada ikan Tambakan berwarna putih susu sedangkan ovari pada ikan Tambakan berwarna kuning keemasan dimana dapat dilihat dengan mata telanjang. Letaknya di samping kiri dan kanan belembung renang, dibawah vertebrae dan diatas saluran pencernaan.
    4.2.2. Pengamatan ciri seksual sekunder.
                 Hasil pengamatan dari 25 ekor ikan Tambakan didapatkan ciri individu jantan dan betina. Individu jantan mempunyai ciri-ciri antara lain ukuran tubuh lebih kecil atau sempit dari tubuh ikan betina yang besar atau luas, bentuk tengkuk kepala kecil pada ikan jantan dan pada ikan betina besar, bentuk ujung sirip punggung jantan lebih runcing dan betina agak melengkung atau membundar, pada individu ikan jantan permukaan kepala lebih kasar daripada ikan betina serta warna badan ikan jantan lebih terang daripada ikan betina.   
    4.2.3. Pengukuran Morpometrik ikan Tambakan
                 Dari hasil pengukuran morphometrik dari ikan Tambakan didapatkan ukuran badan antara 110-160 mm dan berat setiap individu antara 30-60 gr. Dan dari hasil pengamatan jenis kelamin didapatkan 4 ekor betina, 20 ekor  jantan dan satu ekor gonadnya belum berkembang akibat ikan tersebut belum di ketahui jenis kelaminnya jantan atau betina.

    V. KESIMPULAN DAN SARAN
    5.1. Kesimpulan.
    Dari hasil praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa penentuan jenis kelamin ikan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan pengamatan seksualitas primer dan pengamatan seksualitas sekunder serta tinggat kematangan gonad IV untuk dua puluh empat ekor ikan Tambakan , sedangkan satu ekor ikan Tambakan belum dapat ditentukan jenis gonad untuk ikan tersebut..

    5.2. Saran.
    Saran untuk praktikum ini adalah agar dalam pengamatan seksualiatas ikan ini sebaiknya menggunakan spesies ikan yang berbeda dan sebaiknya ikan yang akan dibawa untuk praktikum adalah ikan yang sudah matang gonad pada setiap kelompok.

    DAFTAR PUSTAKA
     Delfirahman. 1997. Keanekaragaman Jenis Ikan Di Perairan (Tawar, Pyau dan Laut) Desa Campago Selatan. Kecamatan V Koto Kampung Dalam. Kabupaten Padang Pariaman Sumatra Barat. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. UNRI. Pekanbaru. ( tidak di terbitkan).

    Effendie, 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantama, Yogyakarta. 163 hal.

    Kotelat, M., A . J. Whiten., S. N. Kartikasari dan S. Wirjoatmojo. 1993. Ikan Air Tawar Indonesia Bagian Barat dan Sulawesi. Periplus editions limited. Jakarta. 293 hal.

    Pulungan, Putra, Nuraini, Aryani Dan Efiyeldi (1996), Diktat Fisiologi Ikan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. UNRI. Pekanbaru.

    ________., 2000. Deskripsi ikan air tawar dari waduk PLTA Koto Panjang, Riau. Lemlit UNRI, Pekanbaru.

    ________., 2004. Penuntun Praktikum Biologi Perikanan. Laboratorium Biologi Perikanan Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu kelautan Universitas Riau. PekanBaru. 2004.66 hal.


    Saanin. 1984. Taksonomi dan Identifikasi Ikan. Jilid I dan II. Bina Cipta, Bandung.

    Sumantadinata. 1979. Berbudidaya Ikan Dalam Menciptakan Bibit Unggul. Penerbit Agro Media Pustaka. Jakarta.84.hal.

    Tang.U.M. 2002. Fisiologi Hewan Air. Fakultas Perikana dan Ilmu Kelautan. Universitas Riau. Pekanbaru.217 hal.
     
    by : Anzila Rizki WM.