Jumat, 30 Desember 2011

by Ainar Mizan on Friday, May 7, 2010 at 4:43am

7 Mei 2010 oleh Pengantar Hati

Assalammu ’Alaikum,Wr.Wb.


Hati yang terlupakan

kini sendiri menunggu yang datang

Akal tak pernah lagi mengetuk pintunya

hanya gemuruh saja yang terdengar …

tapi tak pernah kunjung datang


Kini mereka terpisah …

terhalang kegalauan dan gemuruh nafsu

yang selalu meradang diantara jiwa dan pikir

tubuh terus terguncang …

mengikuti semua rasa yang hadir

tak pernah lelah sepanjang waktu

Itu semua hadir pada jiwa yang tak tenang

menggelinding dalam tubuh ….

menarik nafas demi meraih kepuasan


Wahai para sahabatku yang sedang berjalan …

mari kita hentikan semua amarah yang mengganggu

karena kita pasti buta terhadap yang Haq …

Lupa akan keheningan …

Jauh dari syukur …

Mati dari Nur-NYA ….

Maka kita menjadi tak sabar …

malas untuk berdiam …

benci kearifan dan tak mau untuk bijak …

karena nafsu ingin segera mengajak mencari tempat …

tanpa terusik Iman dan Taqwa lagi …

yang jauh dari hati kita sendiri

Naudzubillah ….


Wahai para sahabatku

genderang perang segera kita bunyikan

menghanguskan sang penjajah jiwa

jangan terlambat termakan usia …

karena mereka ahli siasat …

dalam mengatur waktu …


Segeralah kita merapat …

dengan ilmu yang penuh hikmah sebagai tombaknya

tambahkan fiqih kita dengan Cahaya Qolbu

biar engkau bisa menerawang musuh saat di malam hari

makanya janganlah engkau terlena …

tapi bersiaplah untuk menghadang …

duduklah ditengah malam

agar para musuh tak mudah menelan kita

berdzikirlah hingga fajar …

pasti musuh terbakar karena mendengar lafadz-NYA

segerelah kita temukan kembali hati ini

tempat yang indah untuk kita diami

Janganlah terlambat …


”Lebih Cepat Lebih Baik … !”


Wassallam,

Rabu, 28 Desember 2011

I. PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang

Ikan merupakan makanan manusia yang paling utama sejak awal dari abad sejarah manusia. Daging ikan banyak mengandung protein dan lemak, seperti juga daging-daging hewan ternak. Daging ikan nudah dicerna dibandingkan tumbuh-tumbuhan. Kadar protein dalam ikan dapat mencapai 13-20 %, sedangkan 60-80 % berupa air dan selebihnya lemak. Daging ikan banyak mengandung vitamin-vitamin terutama hatinya. Vitamin tersebut didapat dari plankton secara langsung ataupun tidak langsung, yang menjadi makanan ikan. Mengingat bahwa tiga perempat bagian dari permukaan bumi tertutup dengan lautan dan banyak perairan tawar yang dihuni oleh bermacam-macam ikan (Djuhanda, 1981).
Ommanney (1989), menyatakan bahwa indonesia memiliki luas perairan yang sangat luas karena 70% dari negara Indonesia adalah perairan. Dan didalam perairan tersebut banyak terdapat organisme yang hidup didalamnya, salah satunya adalah ikan.
Ikan adalah binatang yang bertulang belakang, yang berdarah dingin, hidup dalam lingkungan air, gerakan dan keseimbangan badannya terutama menggunakan sirip dan bernafas dengan insang. (Tim Iktiologi, 1989).
Pendugaan populasi sangat penting artinya dalam upaya mengelola sumber–sumber hasil perikanan di masa yang akan datang. Pendugaan populasi dalam suatu perairan memungkinkan kita untuk mengetahui berapa banyak jumlah ikan dan jumlah spesies dalam suatu perairan. Dengan demikian kita dapat mengetahui berapa besar penangkapan yang memungkinkan untuk memperoleh hasil yang maksimal. Pendugaan populasi ikan – ikan bernilai ekonomis tinggi seperti ikan gurami tentunya sangat dibutuhkan karena kita bisa mengetahui berapa banyak jumlah ikan ini dalam suatu perairan.
Pendugaan populasi penting artinya dalam Biologi Perikanan sebagai upaya mengelola sumber-sumber hasil perikanan di masa yang akan datang. Metode pendugaan populasi dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu:
1.      Secara langsung : cara ini dapat dilakukan pada suatu kolam yang luasnya terbatas sebab kolam tersebut dapat dikeringkan dan ikan-ikan dapat ditangkap satu persatu.
2.      Secara tidak langsung : Cara ini dapat dilakukan dengan memperhatikan pengurangan “ Catch per unit Effort”. Dalam perhitungan sering menggunakan metode regresi dari De Lury juga Laslie dan Davis. Dapat juga menggunakan metode penandaan (marking dan tagging). (Pulungan,2006). 

1.2.  Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari praktikum mengenai Pendugaan Populasi adalah agar mahasiswa dapat menduga populasi ikan di suatu perairan dan untuk melihat bias dari masing-masing metode yang digunakan dan mengenai mortalitas ikan adalah untuk mengetahui untuk mengetahui penyebab kematian pada spesies ikan tertentu.
.Hal ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa agar dapat menduga populasi ikan di suatau perairan dengan menggunakan metoda penandaan. serta untuk mortalitas agar kita dapat mengetahui cara mengenali mortalitas ikan lele tersebut.
.II. TINJAUAN PUSTAKA

Djuhanda (1981) mengklasifikasikan ikan Lele dumbo ke dalam ordo Ostariophysi, famili Claridae, genus Clarias, dan spesies Clarias gariepinus.
·         Ikan Lele Dumbo  (Clarias gariepinus)

Gambar 1. Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)
Ikan-ikan dari keluarga Claridae, tubuhnya tidak bersisik, kulitnya licin mengeluarkan lendir, kepalanya simetris dan gepeng. Mulutnya lebar tidak berbegerigi, pada susut-sudut mulut terdapat 4  pasang sungut peraba. Bentuk tubuhnya bulat panjang, bagian badanya tinggi, memipih kearah ekor. Punggungnya cembung, perutnya rata. Gurat sisi sempurna, merentang dari belakang tutup insang sampai pangkal sirip ekor. Sirip punggung dan sirip dubur, panjang dan lebar, disokong hanya oleh jari-jari lunak saja. Sirip punggung hampir mencapai sirip ekor, atau dasarnya menyatu dengan sirip ekor. Sirip ekjor, bentuk ujungnya membulat simetris. Sirip perut letaknya jauh kebelakang dimuka dubur (Saanin, 1984).
Kottelat et al (1993) mengatakan bahwa Clarias gariepinus  ciri-cirinya adalah sebagai berikut, bentuk bulat dan memanjang badan di tutupi oleh kulit yang halus, mempunyai sungut yang pendek. Jari-jari sirip punggung dan sirip dada sempurna dengan tujuh jari-jari bercabang. Sirip berpangkal sempit, sirip dubur panjang dan menyambung dengan sirip ekor. Sirip ekor tidak bercagak dan letak mulut agak terminal.
Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) memiliki morfologi badan memanjang pipih, mulut sub terminal (agak kebawah) dengan sirip tambahan, sirip lemak (adifose fin) pada pangkal ekor dan terdapat garis lengkung mulai dari kepala sampai kepangkal ekor. Sirip ekor bercagak dengan tepi berwarna putih (Sumantadinata, 1983).
Odum (1971) menyatakan bahwa mengelompoknya individu dalam suatu populasi disebabkan oleh respon terhadap lokasi yang berbeda, cuaca dan hasil dari proses reproduksi. Selanjutnya Tee (1982) menyatakan penyebaran fauna umumnya terjadi secara mendatar tergantung pada jaraknya dari perairan utama (laut) serta adaptasi fauna terhadap perubahan lingkungan.
Faktor-faktor yang menentukan hadirnya suatu individu di suatu lokasi perairan menurut Mcnoughton dan Wolf (1990) adalah distribusi spesies, distribusi lokal akan diatur oleh keseragaman perairan dan predator. Distribusi spesies pada habitatnya mengelompok menandakan ada faktor kecil yang dominan berfungsi sebagai pembatas.
Menurut Pulungan (2006) keberadaan suatu populasi dalam perairan dapat diduga melalui metode pendugaan populasi yang terbagi dua yaitu:
1.      Secara langsung
yang dilakukan dengan pengeringan pada suatu kolam yang luarnya terbatas dan dihitung satu per satu, selain itu dapat dilakukan dengan pemotretan gerombolan ikan-ikan pelagis yang hidup di laut dan dapat mengetahui kepadatannya.
2.      Secara tidak langsung
dengan memperhatikan pengurangan “Catch per Unit Effort“. Dalam perhitungan menggunakan metode regresi dari De Lury, Leslie dan Davis. Dan dapat juga dengan metode penandaan (marking dan tagging).
Selanjutnya dikatakannya bagian-bagian tubuh ikan yang diberi tag adalah:
·         Kepala yang meliputi tulang rahang, dan tutup insang
·         Bagian tubuh yang meliputi bagian depan sirip punggung, bagian belakang sirip punggung, sirip lemak (adipose fin) dan batang ekor.
Penyebab kematian individu spesies ikan secara missal disuatu lingkungan perairan dapat terjadi karena predasi, penyakit, pencemaran, pemusnahan secara fisik oleh manusia atau mesin dan gejala alam. Kelima penyebab kematian itu berpengaruh secar langsung kepada individu spesies ikan di dalam populasi. Sedangkan pengarug secara tidak langsung kepada individu spesies ikan di dalam populasi antara lain disebabkan oleh makanan, kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan dan tekanan social (Pulungan et al, 2006)
Menurut Djajasewaka (1985), kematian individu ikan di dalam populasi pada habitat tertentu dapat terjadi mulai dari telur ikan yang baru dilepas ke perairan atau yang telah dibuahi, di masa larva, ikan dewasa dan ikan yang tua siap untuk mati secara alami.
Pencemaran adalah masuk atau dimasukkannya zat makhluk hidup, energi/komponen lain ke dalam perairan atau berubahnya tatanan air oleh kegiatan manusia, atau proses alami sehingga kualitas air akan turun sampai ke tingkat tertentu akan menyebabkan air kurang berfungsi sesuai peruntukannya. (Fardiaz, 1992). Bahan pencemar sangat banyak jenisnya, namun yang paling umum adalah deterjen. Deterjen adalah suatu bahan yang digunakan sebagai bahan pembersih, termasuk sabun cuci piring dan cairan pembersih lainnya. Definisi yang lebih spesifik dari deterjen adalah bahan pembersih yang mengandung bahan petrokimia atau sulfatan sintetik lainnya.
Kecepatan eksploitasi atau pendugaan kematian karena fishing diberi batasan sebagai kemungkinan ikan akan mati karena penangkapan perikanan selama periode tertentu bilaman semua faktor penyabab kematian bekerja terhadap populasi (Effendie, 2002).

III. BAHAN DAN METODE

3.1. Waktu dan Tempat
Pratikum Biologi Perikanan yang berjudul “Pendugaan Populasi ini dilaksanakan pada tanggal 14 November 2011 pada pukul 10.30 WIB sampai selesai. Praktikum ini berlangsung di Gedung Tiram Laboratorium Biologi Perikanan  Fakultas perikanan dan ilmu kelautan Universitas Riau.

3.2. Bahan dan Alat
Bahan praktikum adalah 20 ekor benih ikan Lele. Sedangkan alat yang digunakan yaitu nampan untuk meletakkan ikan sampel, kain lap untuk membersihkan tangan, pensil dan pena untuk menulis, penghapus untuk menghapus, penggaris untuk mengukur ketelitiannya adalah 30 cm, jarum dan pingset untuk meneliti bagian yang kecil,  gunting/pisau untuk member tanda pada ikan, saringan untuk menangkap ikan,ember sebagai wadah berenang ikan, buku penuntun praktikum untuk mempermudah dalam melakukan praktikum dan buku Data Sementara untuk tempat menulis.

3.3. Metode Praktikum
            Metode praktikum adalah metode survei dengan mengamati dan mengenali langsung objek praktikum dengan mengikuti petunjuk yang terdapat di dalam buku penuntun praktikum.
Adapun metode yang dipakai dalam perhitungan pendugaan populasi yakni sebagai berikut:
1)      Metode Petersen (Sensus Tunggal)
a.       Menyediakan sampel (menangkap sejumlah ikan yang dibutuhkan).
b.      Sesudah ikan diberi tanda ikan dilepas kembali ke perairan (simbol M).
c.       Selang beberapa waktu diadakan penangkapan kembali.
d.      Apabila pada sampling ke dua terdapat ikan bertanda, jumlahnya dinyatakan r, sedangkan bagian ikan yang tidak bertanda jumlahnya dinyatakan u. Dari data tersebut dapat dihitung populasi yang ada dalam perairan tersebut = P.
                                    
Kelemahan dari metode ini adalah apabila penangkapan kembali (kedua) tidak terdapat ikan bertanda (r = 0).
2)     

Ket:
u = Jumlah ikan tidak bertanda yang tertangkap
r = Jumlah ikan bertanda yang tertangkap
m = ikan yang dilepas kembali di perairan

Metode Scumecher dan Eschemeyer

Rumus :    

            Metode ini harus digunakan dengan beberapa syarat tertentu :
a.       Ikan bertanda dan ikan tidak bertanda harus mengalami mortalitas yang sama.
b.      Ikan yang bertanda harus mempunyai peluang yang sama untuk tertangkap bersama-sama dengan ikan yang tidak bertanda.
c.       Ikan yang bertanda dan tidak bertanda harus bercampur secara acak.
d.      Selama penelitian tidak akan ada peremajaan atau penambahan populasi. Kalau ada kita harus mengetahui tingkat persentase peremajaannya.
Selanjutnya pendugaan populasi  dihitung dengan menggunakan rumus :
Bias  =  x 100%
Keterangan : P   = Jumlah individu ikan yang dibawa
   ÙP = Jumlah individu masing-masing per metode
3.4. Prosedur Praktikum
Prosedur praktikum pendugaan populasi yang dilakukan adalah :
  1. Praktikan mempersiapkan sejumlah individu ikan hidup dan spesies tertentu.
  2. Individu ikan praktikum itu ditempatkan pada wadah tertentu
  3. Biarkan ikan 10 – 15 menit untuk beradaptasi pada lingkungannya
  4. Sampling tangkap dengan tangguk kecil sejumlah tertentu dan beri tanda secara marking.
  5. Individu ikan yang telah bertanda dimasukkan kembali ke wadah semula.
  6. Biarkan 10 – 15 menit ikan bertanda berbaur dengan ikan yang bertanda.
  7. Sampling 1 (metode Petersen) hitung individu ikan yang tertangkap, berapa ikan yang bertanda dan berapa yang tidak bertanda. Data yang didapat dimasukkan ke dalam rumus Petersen.
  8. Untuk metode Zoe Scahnabel, lakukan sampling sampai lima kali. Setiap kali sampling, ikan bertanda masukkan kembali ke wadah dan ikan yang tidak bertanda diberi benda yang sama dengan yang pertama. Lakukan sampai sampling yang ke-4. Data yang didapatkan dimasukkan ke dalam rumus Zoe Scahnabel. Jika ada ikan bertanda dan tidak bertanda yang mati dan hampir mati, langsung dikeluarkan dan catat angkanya.
  9. Hitung jumlah ikan yang tidak bertanda yang ada di dalam wadah.
  10. Cari nilai dengan menggunakan metode Petersen dna Zoe Scahnabel.
  11. Hitung nilai biasnya.
12.  Buat dan serahkan laporan kerja sementara hasil pengamatan dan pencatatan.
           


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
            Setelah melakukan serangkaian praktikum yang sangat panjang dan teliti maka saya sebagai praktikan yang tergabung di dalamnya mendapatkan hasil yang akan saya jabarkan sebagai berikut.
A.      Pendugaan Populasi
Tabel 1. Perhitungan Hasil Tangkapan Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) yang Bertanda dan Tidak Bertanda

Penangkapan
u+r
u
r
m
m(u+r)
m2 (u + r)
1
7
7
0
0
0
0
2
9
7
2
7
63
441
3
11
6
5
14
196
2156
4
3
2
1
20
60
1200
5
8
7
1
22
176
3872
6
6
5
1
29
174
5046
7
4
2
2
33
132
4356
8
7
4
3
35
245
8575
9
5
4
1
39
195
7605
10
5
2
3
156
780
24336
Jumlah
19
355
2021
54102
Sumber : Data primer oleh praktikan
Metode yang digunakan dalam menghitung nilai bias adalah ketiga metode seperti yang disebutkan diatas.
a.       Metode Petersen

*     Sampling ke-5
Dik : m    = 22
          u    = 7
          r     = 1
Dit : ÙP = … ?
Jwb :            
            
                   = 176       
b.      Metode Zoe Scahnabel
       
     Dik : åm (u + r)    = 2021
          år               = 19
       
c.       Metode Scumecher dan Eschemeyer
 
Dik : åm2 (u + r) = 54102
åmr           = 833
Jawab :     = 64,95


B.     Mortalitas
Konsentrasi waktu
Tingkah Laku
Denyut Jantung
Warna insang dan jantung
Mortalitas (Keterangan)
Kontrol




51
Aktif
70/detik
Merah Muda
0
52
Aktif
35/detik
Merah Muda
0
53
Pasif
Tidak berdetak
Merah gelap
1
Deterjen/soklin
     1 ml




51
Ikan lele mulai stress dan pergerakan naik ke atas
90/menit
Insang : Merah
Jantung:
Hitam
2
52
Tidak ada pergerakan
5/ menit
Insang :
Merah tua
Jantung :
Hitam
3
     2 ml
                   51
Ikan sangat gelisah dan pergerakan lambat
1 ekor hidup
4 ekor mati
Hitam
4
52
Ikaan tidak bergerak dan mati
Tidak ada denyut jantung lagi
Hitam
5
4.2. Pembahasan
    Berdasarkan hasil pengamatan selama praktikum yakni pada pendugaan populasi yakni dengan dilakukan penangkapan ikan sebanyak 10 kali, dimana jumlah ikan yang bertanda sebelumnya berjumla 7 ekor dan tidak yang tidak bertanda selebihnya berbeda tergantung kepada penangkapan yang dilakukan.
      Pertama-tama ikan dilepas ke dalam wadah sebanyak 20 ekor dan dilakukan penandaan terhadap ikan yang tertangkap tersebut sebanyak tangkapan pertama ( 7 ekor). Setelah itu ikan tersebut dilepas kembali ke air, dilakukan penangkapan lagi, dan yang tertangkap adalah ikan yang bertanda sebanyak 2 ekor dan ikan yang tidak bertanda sebanyak 7 ekor juga dan langsung diberi tanda, kemudian dilepas kembali sampai 10 kali penangkapan. Untuk hasilnya sebagaimana terlampir pada tabel di atas.
Pada praktikum kali ini penandaan dilakukan dengan menggunakan marking pada ikan Lele Dumbo. Metode yang digunakan dalam pendugaan populasi ikan Lele (Clarias gariepinus) adalah Metode Petersen, Metode Zoe Scahnabel, dan Metode Scumecher dan Eschemeyer. Populasi ikan Lele dumbo yang disediakan adalah 20 ekor.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa Metode Petersen memiliki nilai ÙP   176, Metode Zoe Scahnabel memiliki ÙP  = 106,37 serta Metode Scumecher dan Eschemeyer ÙP  = 64,95.
Mortalitas Ikan lele Pada kontrol 5 menit yang ke-3 terdapat 1 ekor ikan lele yang mati. Sewdangkan yang dikasih deterjen 1 ml pada 5 menit yang pertama mortalitas ikan 2, pada 5 menit yang ke-2 mortalitasnya 3. Sementara 2 ml 5 menit pertama mortalitasnya 4 dan 5 menit yang ke-2 mortalitas 5. Ini berarti ikan lele mortalitasnya tinggi pada air yang dikasih deterjen 5 menit yang ke-2.
Penyebab kematian individu spesies ikan secara missal disuatu lingkungan perairan dapat terjadi karena predasi, penyakit, pencemaran, pemusnahan secara fisik oleh manusia atau mesin dan gejala alam. Kelima penyebab kematian itu berpengaruh secar langsung kepada individu spesies ikan di dalam populasi. Sedangkan pengarug secara tidak langsung kepada individu spesies ikan di dalam populasi antara lain disebabkan oleh makanan, kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan dan tekanan social (Pulungan et al, 2006)
Menurut Djajasewaka (1985), kematian individu ikan di dalam populasi pada habitat tertentu dapat terjadi mulai dari telur ikan yang baru dilepas ke perairan atau yang telah dibuahi, di masa larva, ikan dewasa dan ikan yang tua siap untuk mati secara alami.
            Pencemaran adalah masuk atau dimasukkannya zat makhluk hidup, energi/komponen lain ke dalam perairan atau berubahnya tatanan air oleh kegiatan manusia, atau proses alami sehingga kualitas air akan turun sampai ke tingkat tertentu akan menyebabkan air kurang berfungsi sesuai peruntukannya. (Fardiaz, 1992). Bahan pencemar sangat banyak jenisnya, namun yang paling umum adalah deterjen. Deterjen adalah suatu bahan yang digunakan sebagai bahan pembersih, termasuk sabun cuci piring dan cairan pembersih lainnya. Definisi yang lebih spesifik dari deterjen adalah bahan pembersih yang mengandung bahan petrokimia atau sulfatan sintetik lainnya.
V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Pendugaan populasi dalam praktikum menggunakan Metode Petersen dan Metode Scumecher dan Eschemeyer. Ikan Lele dumbo yang digunakan sebanyak 20 ekor. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa Metode Petersen memiliki nilai ÙP   176, Metode Zoe Scahnabel memiliki ÙP  = 106,37 serta Metode Scumecher dan Eschemeyer ÙP  = 64,95. Sedang Ini berarti ikan lele mortalitasnya tinggi pada air yang dikasih deterjen 5 menit yang ke-2.

5.2. Saran
      Penulis menyarankan agar praktikum dapat dilakukan dengan lebih baik lagi dan setiap praktikan memiliki waktu pengamatan yang cukup. Semoga pada praktikum yang akan datang dapat lebih baik lagi.


DAFTAR PUSTAKA

Djuanda,  1981. Dunia Ikan. Penerbit Armico. Bandung. 130 halaman.

Effendie Ichsan Moch, M.Sc, H, Dr, Prof, 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara: Yogyakarta.

F.D. Ommanney. 1989. Ikan. Tira Pustaka. Jakarta.187 hal

Kottelat, M., et al. 1993.  Freshwater Fishes of Western Indonesia and Sulawesi (Ikan Air Tawar Indonesia Bagian Barat dan Sulawesi. Periplus Edition Limited. Munich. Germany. 293 hal.

Mcnoughton, S. J. dan L. L. Wolf. 1990. Ekologi Umum. Edisi Kedua. Dipergunakan oleh S. P. Seputro dan B. Srigamdono. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. 140 hal.

Odum, E. P. 1971. Fundamental of Ecology. 3rd. ed. W. B. Saunders and Co. Philadelphia. 574 pp.

Pulungan P. Chaidir, 2006. Penuntun Praktikum Biologi Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Riau

Saanin, H., 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi. Bina Cipta, Bandung. 520 halaman.

Susanto, H., 2002. Budidaya Ikan Di Pekarangan. Penebar Swadaya: Jakarta. 152 halaman.

Tee, G. A. C. 1982. Some Aspect of the Ecology of the Mangrove Forest of Sungai Buloh. Selangor II : Distribution Pattern and Population Dynamic of Three Dwelling Fauna. Malay. Nat. Jurn. 35 : 267 – 277.

Tim Iktiologi, 1989. Iktiologi. Institut Pertanian Bogor, Bogor. 163 hal