Bentuk Sel Darah Merah dan Putih pada Ikan
I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Darah merupakan salah
satu komponen sistem transport yang sangat vital keberadaannya. Bila sel-sel dilarutkan dalam suatu cairan yang
berbeda konsentrasi garamnya, atau jika sel-sel membengkak karena proses difusi
atau osmosa, maka haemoglobin akan lepas dan darah menjadi tembus cahaya.
Sedangkan bila sel-sel darah dimasukkan kedalam suatu cairan yang lain yang
hypertonis atau hypotonis terhadap cairan intra seluler, maka terjadi proses
osmosa dan difusi.
Cara ikan
mengambil/mendapatkan makanan dari alam lingkungan disekitarnya sangat
bervariasi yaitu tergantung kepada ukuran/umur ikan, spesies ikan dan sifat
ikannya. Karena ada beberapa jenis ikan dalam mendapatkan makanan berupaya
memburu mangsa, mencari makanannya dan ada juga dengan cara menghisap dan
menyaring makanan.
1.2 Tujuan dan Manfaat
Tujuan yaitu agar mahasiswa tahu bentuk darah dan dapat menghitungnya
dengan sangat teliti.
Adapun manfaatnya kita dapat
mengetahui bagaimana bentuk sel darah merah dan sel darah putih pada ikan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Ikan, sebagaimana vertebrata lain,
memiliki sel darah merah (eritrosit) berinti dengan bentuk dan ukuran
bervariasi antara satu spesies dengan lainnya. Elasmobransi dan hagfish
memiliki sel darah merah yang besar, kira-kira 19,7 mm x 13,9 mm. (Hartman dan
Lessler 1964 dalam Satchell, 1991). Beberapa spesies yang lain memiliki sel
darah merah berbentuk lonjong dengan diameter 11-14µm, memiliki inti dengan ratio volume sel dan inti
adalah 3,5-4,0.
Pada ikan teleost,
jumlah normal eritrosit adalah 1,05×106 – 3,0×106 sel/mm3 (Robert, 1978 dalam
Mulyani, 2006). Seperti halnya pada hematokrit, kadar eritrosit yang rendah
menunjukkan terjadinya anemia. Sedangkan kadar tinggi menandakan bahwa ikan
dalam keadaan stress (Wedemeyer dan Yasutake, 1977 dalam Purwanto, 2006).
Dalam darah, selain
terdapat sel darah merah, juga terdapat sel darah putih (leukosit). Ikan
memiliki sel-sel darah putih yang lebih banyak disbanding manusia. Mulcahy
(1970 dalam Satchell 1991) mengemukakan, dalam darah pike terdapat 137.000/mm³-798.000/mm³ sel darah Putih. Leukosit
ikan, terdiri atas tujuh bentuk, yakni tiga tipe eosinofil granulosit dan
masing-masing satu tipe neutrofil granulosit, limposit, monosit dan trombosit.
( Yushinta Fujaya,2004)
Weber & de Beaufort (1965)
menyatakan bahwa ikan lele dumbo termasuk dalam Phylum : Chordata, sub
phylum : vertebrata, kelas : Pisces, sub kelas : Teleostei, ordo :
Ostariophysi, sub ordo : Siluroidae, family : Clariidae, genus : Clairias dan
Spesies : Clarias gariepinus.
Berdasarkan macam
makanannya, ikan dapat kita bedakan menjadi lima macam golongan yaitu pemakan
tumbuh-tumbuhan (herbivor atau vegetaris, pemakan hewan (karnivor), pemakan
tumbuhan dan hewan (omnivor), pemakan plankton dan detritus (hancuran bahan
organic) dan pemakan dasar (Effendi 1997 dan
Pulungan, Putra, Efriyeldi dan
Efizon, 2001).
Rongga mulut pada ikan lele diselaputi sel-sel
penghasil lendir yang mempermudah jalannnya makanan ke segmen berikutnya, juga
terdapat organ pengecap yang berfungsi menyeleksi makanan. Faring pada ikan (filter
feeder) berfungsi untuk menyaring makanan, karena insang mengarah pada
faring maka material bukan makanan akan dibuang melalui celah insang (Fujaya,
2002).
Ikan lele bersifat nokturnal artinya ikan ini aktif dimaam hari dan
menyukai daerah yang gelap. Pada siang hari ikan lele lebih suka berdiam diri
di dalam lubang-lubang atau tempat yang tenang dan aliran air tidak terlalu
tenang.(rachmatun suyanto.2008).
III. BAHAN DAN METODE
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum dilaksanakan pada
hari jumat tanggal 27 April
2012, jam 08.00-10.00 wib. Tempat praktikum di Laboratorium Biologi Perairan Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau Pekanbaru.
3.2. Bahan dan Alat
Adapun Bahan yang diperlukan
untuk praktikum ini adalah darah ikan, larutan pengencer hayem dan turk.
Dan alat yang di gunakan pada
praktikum ini adalah mikroskop,
test tube, alat penusuk yang
disteril, counter, bahan-bahan desinfektan, haemocytometer, kertas saring dan
kapas.
3.3. Metode Praktikum.
Metode yang di gunakan dalam
praktikum ini adalah metode pengamatan secara langsung terhadap objek yang di
praktikumkan. Sehingga data dan informasi yang dibutuhkan dapat diperoleh
secara langsung.
3.4. Prosedur Praktikum
· Percobaan 1.
Ambillah darah ikan dari stock
darah yang ada. Isaplah darah tersebut menggunakan pipet batu merah sampai
strip 0,5. Usahakan bekerja secepat mungkin, dan hati-hati jangan sampai darah
membeku. Setelah itu isaplah larutan hayem sampai strip 101. Pengenceran yang
dilakukan adalah 200 kali. Pegang kedua ujung pipet dengan jari jempol dan jari
telunjuk atau jari tengah dan kocoklah/goyangkan pipet tersebut dengan gerakan
seperti membentuk angka delapan, agar larutan bercampur dengan darah secara
merata. Ambillah kamar hitung burker lengkap dengan cover glassnya. Buanglah 1
tetes darah dan kemudian tetesan berikutnya diteteskan kedalam kamar hitung
untuk pemeriksaan selanjutnya. Lihatlah dibawah mikroskop, terdapat butir-butir
darah merah dalam kotak-kotak besar dan kotak-kotak kecil. Dalam 1 kotak besar
terdapat 16 kotak kecil. Hitunglah sel-sel darah yang terdapat dalam 80 kotak
kecil.
· Percobaan 2.
Ambillah darah ikan dari stok darah yang ada. Isaplah darah tersebut
menggunakan pipet batu merah sampai strip 0,5. Usahakan bekerja sangat cepat,
dan hati-hati jangan sampai darah membeku. Setelah itu isaplah larutan turk
sampai strip 101,berarti pengencerannya 200 kali. Pegang kedua ujung pipet
dengan jari dan kocoklah/goyangkan pipet tersebut dengan gerakan seperti
membentuk angka delapan, agar larutan bercampur dengan darah secara merata.
Ambillah kamar hitung burker lengkap dengan cover glassnya. Buanglah 1 tetes
darah dan kemudian tetesan berikutnya diteteskan kedalam kamar hitung untuk
pemeriksaan selanjutnya. Lihatlah dibawah mikroskop, saudara akan melihat
butir-butir darah putih dalam kotak-kotak besar dan kotak-kotak kecil.
Hitunglah sel-sel darah putih yang terdapat dalam 4 kotak besar ( kotak-kotak
yang dibatasi oleh 3 garis halus ).
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Darah ikan yang diamati berasal dari tubuh ikan Lele dumbo (Clarias bratachus) yang masih hidup. Dengan mengikuti prosedur
praktikum yang telah ditetapkan maka didapatkan hasil sebagai berikut.
Gambar 1. Contoh Sebaran Sel darah Merah dalam Kamar Hitung
Gambar 2. Contoh Sebaran Sel darah Putih
dalam Kamar Hitung
Dari hasil perhitungan sel darah
diatas maka di dapatkan :
·
Jumlah Sel darah Merah = 3040 x 104 =
30.400.000
·
Jumlah Sel darah Putih = 52 x 500 = 26.000
4.2.
Pembahasan
Jumlah sel darah merah
yang telah dihitung ternyata kelebihan dari jumlah sel darah merah yang ada di
buku penuntun, yang mana di buku jumlah
sel darah merahnya sekitar 2-3 juta sel/ml tetapi hasil yang kami dapat ± 30 juta. Sedangkan jumlah sel darah Putih tidak
beda jauh dari buku, hasil yang kami dapat 26000.
Eritrosit (sel darah merah)
merupakan sel yang paling banyak jumlahnya. Inti sel eritrosit terletak sentral
dengan sitoplasma dan akan terlihat jernih kebiruan dengan pewarnaan Giemsa
(Chinabut et al., 1991 dalam Mulyani, 2006). Pada ikan teleost, jumlah normal
eritrosit adalah 1,05×106 – 3,0×106 sel/mm3 (Robert, 1978 dalam Mulyani, 2006).
Seperti halnya pada hematokrit, kadar eritrosit yang rendah menunjukkan
terjadinya anemia. Sedangkan kadar tinggi menandakan bahwa ikan dalam keadaan
stress (Wedemeyer dan Yasutake, 1977 dalam Purwanto, 2006).
Larutan hayem berfungsi untuk menghitung sel darah
merah dan menghancurkan sel darah putih, sedangkan truck berfungsi untuk
menghitung sel darah putih dan menghancurkan sel darah merah. Yang dimaksud
Haemocytometer yaitu alat yang berguna untuk menghitung sel darah merah dan sel
darah putih. Tujuan dari 200 kali untuk pengenceran sel darah putih dan akan
menghancurkan sel darah merah. Batu merah berfungsi untuk pengenceran 200 kali,
sedangkan Batu putih berfungsi untuk pengenceran 20 kali.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Jumlah sel darah merah yang di
teliti lebih dari 2-3 juta sel/ml,
sedangkan jumlah sel darah putih sekitar 200.000-300.000 sel/ml. Jumlah sel darah
putih pada ikan yang hidup didaerah subtropis, yaitu sekitar 150.000 sel/ml.
5.2. Saran
Khusus untuk praktikum perhitungan sel darah, saya harap para praktikan
agar lebih hati-hati lagi dalam menghitung sel darah merah ataupun sel darah
putih agar tidak terjadi lagi kesalahan dalam menghitung sel darah tersebut.
Bagaimanapun juga, peralatannya
sudah lengkap dan asistennya
pun sudah cukup memberikan penjelasan yang dapat dimengerti.
DAFTAR PUSTAKA
Bachtiar, Y. 2003. Menghasilkan Pakan Alami Untuk
Ikan Hias. Agromedia Pustaka. Jakarta. 76 halaman.
Fujaya, Y. 2002. Fisiologi Ikan.
Direktorat Jenderal Pendidikan Nasional, Makasar.
Sayuti. 2003.
Budidaya Koki Pengalaman dari Tulungagung. Agromedia Pustaka. Jakarta.
95 hal.
Fujaya, Yushinta.
2004. Fisiologi Ikan Dasar Pengembangan Teknik Perikanan. Rineka
Cipta: Jakarta.179 hal.
Mudjiman,
A. 2001. Makanan ikan dan sistem darah. Cet. Ke – 15. PT. Penebar swadaya.
Jakarta. 190 hal.
Mulyani.2006.
Darah ikan. Maswira.wordpress.com
Purwantoro.2006.
Darah ikan.Maswira.wordpress.com
Pulungan, C. P., Windarti,
Lukkystiowati, Iesje. 2005. Penuntun Praktikum Fisiologi Hewan Air. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Universitas Riau. Pekanbaru. 23 Halaman (tidak diterbitkan).e
Satchell,GH.1991.Physiology
and Form of Fish Circulation. Cambridge University Press. 235 hlm.
Sulistio.2001.Osmoregulasi,ikan
uji.ikan nila dan ikan mas.jlcome.blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar