Rabu, 16 Mei 2012

Bentuk Sel Darah Merah dan Putih pada Ikan


I.     PENDAHULUAN



1.1.  Latar Belakang
Darah merupakan salah satu komponen sistem transport yang sangat vital keberadaannya. Bila sel-sel dilarutkan dalam suatu cairan yang berbeda konsentrasi garamnya, atau jika sel-sel membengkak karena proses difusi atau osmosa, maka haemoglobin akan lepas dan darah menjadi tembus cahaya. Sedangkan bila sel-sel darah dimasukkan kedalam suatu cairan yang lain yang hypertonis atau hypotonis terhadap cairan intra seluler, maka terjadi proses osmosa dan difusi.
Cara ikan mengambil/mendapatkan makanan dari alam lingkungan disekitarnya sangat bervariasi yaitu tergantung kepada ukuran/umur ikan, spesies ikan dan sifat ikannya. Karena ada beberapa jenis ikan dalam mendapatkan makanan berupaya memburu mangsa, mencari makanannya dan ada juga dengan cara menghisap dan menyaring makanan.

1.2 Tujuan dan Manfaat
Tujuan yaitu agar mahasiswa tahu bentuk darah dan dapat menghitungnya dengan sangat teliti. 
Adapun manfaatnya kita dapat mengetahui bagaimana bentuk sel darah merah dan sel darah putih pada ikan.

II. TINJAUAN PUSTAKA


            Ikan, sebagaimana vertebrata lain, memiliki sel darah merah (eritrosit) berinti dengan bentuk dan ukuran bervariasi antara satu spesies dengan lainnya. Elasmobransi dan hagfish memiliki sel darah merah yang besar, kira-kira 19,7 mm x 13,9 mm. (Hartman dan Lessler 1964 dalam Satchell, 1991). Beberapa spesies yang lain memiliki sel darah merah berbentuk lonjong dengan diameter 11-14µm, memiliki inti dengan ratio volume sel dan inti adalah 3,5-4,0.
Pada ikan teleost, jumlah normal eritrosit adalah 1,05×106 – 3,0×106 sel/mm3 (Robert, 1978 dalam Mulyani, 2006). Seperti halnya pada hematokrit, kadar eritrosit yang rendah menunjukkan terjadinya anemia. Sedangkan kadar tinggi menandakan bahwa ikan dalam keadaan stress (Wedemeyer dan Yasutake, 1977 dalam Purwanto, 2006).
Dalam darah, selain terdapat sel darah merah, juga terdapat sel darah putih (leukosit). Ikan memiliki sel-sel darah putih yang lebih banyak disbanding manusia. Mulcahy (1970 dalam Satchell 1991) mengemukakan, dalam darah pike terdapat 137.000/mm³-798.000/mm³ sel darah Putih. Leukosit ikan, terdiri atas tujuh bentuk, yakni tiga tipe eosinofil granulosit dan masing-masing satu tipe neutrofil granulosit, limposit, monosit dan trombosit. ( Yushinta Fujaya,2004)
Weber & de Beaufort (1965) menyatakan bahwa ikan lele dumbo termasuk dalam Phylum : Chordata, sub phylum : vertebrata, kelas : Pisces, sub kelas : Teleostei, ordo : Ostariophysi, sub ordo : Siluroidae, family : Clariidae, genus : Clairias dan Spesies : Clarias gariepinus.
Berdasarkan macam makanannya, ikan dapat kita bedakan menjadi lima macam golongan yaitu pemakan tumbuh-tumbuhan (herbivor atau vegetaris, pemakan hewan (karnivor), pemakan tumbuhan dan hewan (omnivor), pemakan plankton dan detritus (hancuran bahan organic) dan pemakan dasar (Effendi 1997 dan  Pulungan, Putra, Efriyeldi dan  Efizon, 2001).
Rongga mulut pada ikan lele diselaputi sel-sel penghasil lendir yang mempermudah jalannnya makanan ke segmen berikutnya, juga terdapat organ pengecap yang berfungsi menyeleksi makanan. Faring pada ikan (filter feeder) berfungsi untuk menyaring makanan, karena insang mengarah pada faring maka material bukan makanan akan dibuang melalui celah insang (Fujaya, 2002).
Ikan lele bersifat nokturnal artinya ikan ini aktif dimaam hari dan menyukai daerah yang gelap. Pada siang hari ikan lele lebih suka berdiam diri di dalam lubang-lubang atau tempat yang tenang dan aliran air tidak terlalu tenang.(rachmatun suyanto.2008).


 III. BAHAN DAN METODE

3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum dilaksanakan pada hari jumat tanggal 27 April 2012, jam 08.00-10.00 wib. Tempat praktikum di Laboratorium Biologi Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau Pekanbaru.

3.2. Bahan dan Alat
Adapun Bahan yang diperlukan untuk praktikum ini adalah darah ikan, larutan pengencer hayem dan turk.
Dan alat yang di gunakan pada praktikum ini adalah  mikroskop, test tube, alat penusuk yang disteril, counter, bahan-bahan desinfektan, haemocytometer, kertas saring dan kapas.

3.3. Metode Praktikum.
Metode yang di gunakan dalam praktikum ini adalah metode pengamatan secara langsung terhadap objek yang di praktikumkan. Sehingga data dan informasi yang dibutuhkan dapat diperoleh secara langsung.

3.4. Prosedur Praktikum
·      Percobaan 1.
Ambillah darah ikan dari stock darah yang ada. Isaplah darah tersebut menggunakan pipet batu merah sampai strip 0,5. Usahakan bekerja secepat mungkin, dan hati-hati jangan sampai darah membeku. Setelah itu isaplah larutan hayem sampai strip 101. Pengenceran yang dilakukan adalah 200 kali. Pegang kedua ujung pipet dengan jari jempol dan jari telunjuk atau jari tengah dan kocoklah/goyangkan pipet tersebut dengan gerakan seperti membentuk angka delapan, agar larutan bercampur dengan darah secara merata. Ambillah kamar hitung burker lengkap dengan cover glassnya. Buanglah 1 tetes darah dan kemudian tetesan berikutnya diteteskan kedalam kamar hitung untuk pemeriksaan selanjutnya. Lihatlah dibawah mikroskop, terdapat butir-butir darah merah dalam kotak-kotak besar dan kotak-kotak kecil. Dalam 1 kotak besar terdapat 16 kotak kecil. Hitunglah sel-sel darah yang terdapat dalam 80 kotak kecil.
·      Percobaan 2.
            Ambillah darah ikan dari stok darah yang ada. Isaplah darah tersebut menggunakan pipet batu merah sampai strip 0,5. Usahakan bekerja sangat cepat, dan hati-hati jangan sampai darah membeku. Setelah itu isaplah larutan turk sampai strip 101,berarti pengencerannya 200 kali. Pegang kedua ujung pipet dengan jari dan kocoklah/goyangkan pipet tersebut dengan gerakan seperti membentuk angka delapan, agar larutan bercampur dengan darah secara merata. Ambillah kamar hitung burker lengkap dengan cover glassnya. Buanglah 1 tetes darah dan kemudian tetesan berikutnya diteteskan kedalam kamar hitung untuk pemeriksaan selanjutnya. Lihatlah dibawah mikroskop, saudara akan melihat butir-butir darah putih dalam kotak-kotak besar dan kotak-kotak kecil. Hitunglah sel-sel darah putih yang terdapat dalam 4 kotak besar ( kotak-kotak yang dibatasi oleh 3 garis halus ).


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Darah ikan yang diamati berasal dari tubuh ikan Lele dumbo (Clarias bratachus) yang masih hidup. Dengan mengikuti prosedur praktikum yang telah ditetapkan maka didapatkan hasil sebagai berikut.





Gambar 1. Contoh Sebaran Sel darah Merah dalam Kamar Hitung






Gambar 2. Contoh Sebaran Sel darah Putih dalam Kamar Hitung
            Dari hasil perhitungan sel darah diatas maka di dapatkan :
·         Jumlah Sel darah Merah = 3040 x 104 = 30.400.000
·         Jumlah Sel darah Putih =  52 x 500 = 26.000


 4.2. Pembahasan
Jumlah sel darah merah yang telah dihitung ternyata kelebihan dari jumlah sel darah merah yang ada di buku penuntun, yang mana di buku  jumlah sel darah merahnya sekitar 2-3 juta sel/ml tetapi hasil yang kami dapat  ± 30 juta. Sedangkan jumlah sel darah Putih tidak beda jauh dari buku, hasil yang kami dapat 26000.
Eritrosit (sel darah merah) merupakan sel yang paling banyak jumlahnya. Inti sel eritrosit terletak sentral dengan sitoplasma dan akan terlihat jernih kebiruan dengan pewarnaan Giemsa (Chinabut et al., 1991 dalam Mulyani, 2006). Pada ikan teleost, jumlah normal eritrosit adalah 1,05×106 – 3,0×106 sel/mm3 (Robert, 1978 dalam Mulyani, 2006). Seperti halnya pada hematokrit, kadar eritrosit yang rendah menunjukkan terjadinya anemia. Sedangkan kadar tinggi menandakan bahwa ikan dalam keadaan stress (Wedemeyer dan Yasutake, 1977 dalam Purwanto, 2006).
Larutan hayem berfungsi untuk menghitung sel darah merah dan menghancurkan sel darah putih, sedangkan truck berfungsi untuk menghitung sel darah putih dan menghancurkan sel darah merah. Yang dimaksud Haemocytometer yaitu alat yang berguna untuk menghitung sel darah merah dan sel darah putih. Tujuan dari 200 kali untuk pengenceran sel darah putih dan akan menghancurkan sel darah merah. Batu merah berfungsi untuk pengenceran 200 kali, sedangkan Batu putih berfungsi untuk pengenceran 20 kali.

 
V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
            Jumlah sel darah merah yang di teliti lebih dari 2-3 juta sel/ml, sedangkan jumlah sel darah putih sekitar 200.000-300.000 sel/ml. Jumlah sel darah putih pada ikan yang hidup didaerah subtropis, yaitu sekitar 150.000 sel/ml.

5.2. Saran
Khusus untuk praktikum perhitungan sel darah, saya harap para praktikan agar lebih hati-hati lagi  dalam  menghitung sel darah merah ataupun sel darah putih agar tidak terjadi lagi kesalahan dalam menghitung sel darah tersebut. Bagaimanapun juga, peralatannya sudah lengkap dan asistennya pun sudah cukup memberikan penjelasan yang dapat dimengerti.          

DAFTAR PUSTAKA

Bachtiar, Y. 2003. Menghasilkan Pakan Alami Untuk Ikan Hias. Agromedia Pustaka. Jakarta. 76 halaman.
Fujaya, Y. 2002. Fisiologi Ikan. Direktorat Jenderal Pendidikan Nasional, Makasar.
Sayuti. 2003.  Budidaya Koki Pengalaman dari Tulungagung. Agromedia Pustaka. Jakarta. 95 hal.
Fujaya, Yushinta. 2004. Fisiologi Ikan Dasar Pengembangan Teknik Perikanan. Rineka Cipta: Jakarta.179 hal.
Mudjiman, A. 2001. Makanan ikan dan sistem darah. Cet. Ke – 15. PT. Penebar swadaya. Jakarta. 190 hal.
Mulyani.2006. Darah ikan. Maswira.wordpress.com
Purwantoro.2006. Darah ikan.Maswira.wordpress.com
Pulungan, C. P., Windarti, Lukkystiowati, Iesje. 2005. Penuntun Praktikum Fisiologi Hewan Air. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Riau. Pekanbaru. 23 Halaman (tidak diterbitkan).e
Satchell,GH.1991.Physiology and Form of Fish Circulation. Cambridge University Press. 235 hlm.
Sulistio.2001.Osmoregulasi,ikan uji.ikan nila dan ikan mas.jlcome.blogspot.com

0 komentar:

Posting Komentar