Seksualitas Ikan Tambakan
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ikan merupakan salah satu organisme yang hidup di air, dimana setiap individu mempunyai ciri yang berbeda satu sama lain terutama dalam menentukan jenis kelamin setiap individu. Untuk mengetahui ciri yang menentukan jenis kelamin ikan diperlukan pengamatan terhadap organ reproduksinya.
Pengetahuan mengenai seksualitas ikan merupakan suatu kegiatan yang menarik untuk dipelajari dan dikembangkan terutama bagi orang-orang yang berkecimpung di bidang biologi perikanan. Setelah bidang biologi pada khususnya mengenai tentang seksualitas pada berbagai jenis ikan sungguhlah banyak keutungannya terutama dalam bidang budidaya perikanan.
Pengenalan mengenai seksualitas dalam budidaya erat kaitannya karena, hal ini akan mengetahui bagaimana memperoleh bibit atau induk-iduk yang unggul. Aplikasi dari mengetahui seksualitas pada ikan ialah bagaimana kita menemukan induk-induk unggul yang menghasilkan bibit-bibit anak ikan yang unggul pula baik untuk budidaya maupun dalam koleksi populasi ikan jenis tersebut dalam suatu ekologi ekosistem.
Pulungan (2006) mengatakan penentuan ciri seksual yang diamati pada setiap individu ikan terdiri dari ciri seksual primer dan ciri seksual sekunder. Penampakan ciri seksual sekunder pada individu ikan ada yang bersifat permanen dan ada juga yang bersifat sementara.
Menurut Pulungan, Putra, Nuraini, Aryani Dan Efiyeldi (1996), untuk membedakan suatu individu ikan baik ikan jantan maupun ikan betina kita dapat memperhatikan ciri- ciri seksual yang dimilikinya yaitu ciri seksual primer atau sekunder. Pengamatan terhadap ciri seksual primer dapat dilakukan dengan cara membelah tubuh ikan dibagian perut dapat dilakukan dengan cara membelah tubuh ikan dibagian perut dan kemudian memperhatikan gonat yang dimilikinya, gonad tersebut adalah tetes atau ovari. Untuk membedakan tetes atau ovari adalah dengan memperhatikan warna gonad, bentuk permukaan gonad dan diameter gonad, sedangkan cara kedua adalah memperhatikan ciri seksual sekunder yakni penentuan jenis kelamin dilakukan dengan cara memperhatikan bentuk tubuh dan organ pelengkapnya.
Dari penjelasan diatas maka penulis tertarik untuk melakukan praktikum untuk mengetahui jenis kelamin individu ikan terutama pada ikan lele baik dilihat dari ciri seksual sekunder maupun ciri seksual primer.
1.2. Tujuan dan Manfaat
Kegiatan praktikum ini bertujuan untuk mengetahui jenis kelamin individu ikan baik dari penampakan ciri seksual primer maupun ciri seksual sekunder. Praktikum ini diharapkan agar mahasiswa dapat mengetahui secara jelas untuk mengetahui jenis kelamin individu ikan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Saanin (1984), Menyatakan bahwa ikan Tambakan termasuk kedalam Phylum: Chordata, Class: Pisces, Sub Phylum: Teleostei, Ordo: Labyrinthici, Subordo: Anabantodea, Family: Anabantidae, Genus: Helostoma, dan Genus: Helostoma temmincki .
Ikan terkenal sebagai makhluk hidup yang mempunyai potensi fekunditas yang tinggi dimana kebanyakan jenis ikan yang merupakan penghasil telur beribu-ribu bahkan berjuta-juta butir setiap tahun. Apabila alam tidak mengaturnya maka dunia ini akan sangat padat sekali dengan ikan. (Effendie (1979)
Bagian reproduksi ikan sebelum terjadi pemijahan adalah proses perkembangan gonad yang semakin matang. Selama proses ini sebagian besar hasil metabolisme tertuju pada perkembangan gonad. (Pulungan dan Pardinan, 1986)
Sumantadinata (1983), mengatakan bahwa gonad ikan disebut juga kelenjar biak. Gonad ikan betina dinamakan ovarium. Sedangkan gonad ikan jantan dinamakan testes. Ovarium ikan terletak memanjang didalam rongga badan dan biasanya terdapat sepasang yang terletak masing-masing dikiri dan kanan antara gelembung renang diatas usus. Sedangkan testes pada ikan jantan sepasang dapat sama panjang dan ada pula yang salah satunya lebih panjang dari yang lain.
Pulungan (2000), mengatakan bahwa sifat seksual primer pada ikan ditandai dengan adanya organ yang secara langsung berhubungn dengan proses reproduksi yaitu ovarium dan pembuluhnya. Sifat seksual sekunder ialah tanda-tanda yang dapat dipakai untuk memebedakan ikan jantan dan betina. Apabila spesies ikan mempunyai sifat morfologi yang dapat dipakai untuk membedakan ikan jantan dan betina maka speises ikan itu mempunyai seksual dimorphisme. Dan bila untuk menjadi tanda adalah warna maka ikan itu memiliki sifat dikromotisme. Biasanya warna ikan Jantan lebih cerah dari warna ikan betina.
III. BAHAN DAN METODE
3.1. Waktu dan Tempat
Kegiatan praktikum ini dilaksanakan pada hari senin tanggal 10 Oktober 2011 jam 10.30 WIB – 13.30 WIB bertempat di Laboratorium Biologi Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau.
3.2. Bahan dan Alat
Adapun bahan yang digunakan dalam kegiatan praktikum ini adalah ikan Tambakan (Helostoma temmincki). Alat-alat yang digunakan adalah sebagai berikut: 1). Timbangan. Timbangan berfungsi sebagai alat untuk mengukur berat tubuh ikan yang akan dipraktikumkan yaitu ikan Tambakan yang akan digunakan untuk data pada pengamatan seksualitas sekunder. 2). Rol. Rol berfungsi untuk mengukur panjang tubuh ikan yang meliputi: Tl, Sl, Bdh, Fl, dan HdL. Yang kemudian ini berfungsi dalam menetukan seksualitas sekunder. 3). Gunting, pinset, dan alat tusuk, yang berfungsi sebagai alat yang digunakan sebagai alat bedah pada saat penentuan seksualitas primer.4). Alat tulis. Yang berguna untuk menuliskan data yang telah didapatkan pada saat praktikum.
3.3. Metode Praktikum
Dalam kegiatan praktikum ini metode yang digunakan adalah metode pengamatan langsung terhadap objek ikan yang dipraktikumkan.
3.4. Prosedur Praktikum
Dalam kegiatan praktikum ini prosedur yang dilakukan adalah dengan mengukur setiap bagian tubuh individu ikan yang meliputi panjang total, panjang badan dan atau panjang fork. Selanjutnya dilakukan penimbangan setiap individu ikan dan pembelahan bagian abdominal untuk mengetahui jenis kelamin apakah jantan atau betina.
Mencatat penampakan ciri seksual sekunder (dimorphisme dan dichromatisme) pada indifidu ikan jantan dan atau betina yang diamati, mengukir betuk secara lengkap dan jelas pembedaan penampakan ciri seksual primer dan sekunder , mengambar bentuk testes dan ovari yang tampak, membuat laporan sementara dan membuat laporan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Pelaksanaan praktikum ini dilakukan dengan menggunakan ikan Tambakan sebagai objek pengamatan, ikan yang diamati sebanyak 25 ekor. Data yang diamati meliputi ukuran morphometrik dan berat setiap individu ikan, serta mengamati ciri seksual sekunder dan ciri seksual primer. Dari pengamatan seksualitas primer maka jenis kelamin ikan yang dipraktikumkan dapat ditentukan dengan hasil seperti pada table di bawah ini.
Untuk membedakan ikan yang berjenis kelamin jantan dan betina, maka dapat dibedakan berdasarkan gonad yang ada. Gonad yang berbentuk testis berarti ikan tersebut berjenis kelamin jantan demikian juga sebaliknya jika gonad yang ada berbentuk ovari, maka ikan tersebut berjenis kelamin betina. Gambar ovari dan testis dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Tabel. 1. Ciri Seksual Primer Ikan Tambakan (Helostoma temmincki)
Keterangan | Jantan | Betina |
Bentuk gonad | Gambar.1 testis. | Gambar.2 Ovari. |
Warna gonad | Putih susu | Kuning keemasan |
Adanya butiran telur | Tidak ada | Ada |
Tabel. 2. Ciri Seksual Sekunder Ikan Tambakan (Helostoma temmincki)
Keterangan | Jantan | Betina |
a. Dimorpometrik:
| Sempit Runcing Kecil | Lebar Melengkung Besar |
b. Dicromatis
| Terang | Gelap |
Tabel. 3. Pengukuran Morpometrik ikanTambakan (Helostoma temmincki)
N0 | Nama ikan | TL (mm) | SL (mm) | Bdh (mm) | Hdl (mm) | Berat (gr) | Jenis kelamin | TKG |
1. | Tambakan | 125 | 93 | 40 | 31 | 30 | Jantan | IV |
2. | Tambakan | 125 | 100 | 55 | 35 | 50 | Jantan | IV |
3. | Tambakan | 140 | 110 | 60 | 39 | 50 | Betina | IV |
4. | Tambakan | 130 | 100 | 50 | 35 | 30 | Jantan | IV |
5. | Tambakan | 130 | 100 | 50 | 35 | 40 | Jantan | IV |
6. | Tambakan | 135 | 115 | 55 | 31 | 49 | Jantan | IV |
7. | Tambakan | 140 | 120 | 50 | 40 | 50 | Jantan | IV |
8. | Tambakan | 110 | 105 | 50 | 32 | 30 | Jantan | IV |
9. | Tambakan | 120 | 110 | 55 | 36 | 40 | Jantan | IV |
10 | Tambakan | 145 | 130 | 55 | 42 | 50 | Jantan | IV |
11 | Tambakan | 155 | 120 | 60 | 40 | 60 | Betina | IV |
12 | Tambakan | 145 | 109 | 50 | 35 | 50 | Jantan | IV |
13 | Tambakan | 145 | 110 | 50 | 38 | 50 | Jantan | IV |
14 | Tambakan | 135 | 105 | 52 | 38 | 50 | Jantan | IV |
15 | Tambakan | 138 | 107 | 58 | 38 | 50 | Betina | IV |
16 | Tambakan | 150 | 120 | 48 | 37 | 50 | Jantan | IV |
17 | Tambakan | 140 | 110 | 50 | 35 | 50 | Jantan | IV |
18 | Tambakan | 145 | 110 | 45 | 35 | 50 | Jantan | IV |
19 | Tambakan | 133 | 105 | 48 | 35 | 50 | Jantan | IV |
20 | Tambakan | 130 | 110 | 40 | 35 | 50 | Jantan | IV |
21 | Tambakan | 145 | 110 | 60 | 45 | 49 | Jantan | IV |
22 | Tambakan | 135 | 110 | 55 | 45 | 50 | Belum Berkembang | - |
23 | Tambakan | 145 | 120 | 65 | 45 | 50 | Betina | IV |
24 | Tambakan | 160 | 125 | 55 | 45 | 50 | Jantan | IV |
25 | Tambakan | 130 | 110 | 43 | 45 | 40 | Jantan | IV |
4.2. Pembahasan.
4.2.1. Pengamatan ciri seksual primer.
Ikan Tambakan mempunyai gonad yaitu testes pada ikan jantan dan ovari pada ikan betina. Pada gonad jantan (testes) tidak memiliki butiran telur. Testes pada ikan Tambakan berwarna putih susu sedangkan ovari pada ikan Tambakan berwarna kuning keemasan dimana dapat dilihat dengan mata telanjang. Letaknya di samping kiri dan kanan belembung renang, dibawah vertebrae dan diatas saluran pencernaan.
4.2.2. Pengamatan ciri seksual sekunder.
Hasil pengamatan dari 25 ekor ikan Tambakan didapatkan ciri individu jantan dan betina. Individu jantan mempunyai ciri-ciri antara lain ukuran tubuh lebih kecil atau sempit dari tubuh ikan betina yang besar atau luas, bentuk tengkuk kepala kecil pada ikan jantan dan pada ikan betina besar, bentuk ujung sirip punggung jantan lebih runcing dan betina agak melengkung atau membundar, pada individu ikan jantan permukaan kepala lebih kasar daripada ikan betina serta warna badan ikan jantan lebih terang daripada ikan betina.
4.2.3. Pengukuran Morpometrik ikan Tambakan
Dari hasil pengukuran morphometrik dari ikan Tambakan didapatkan ukuran badan antara 110-160 mm dan berat setiap individu antara 30-60 gr. Dan dari hasil pengamatan jenis kelamin didapatkan 4 ekor betina, 20 ekor jantan dan satu ekor gonadnya belum berkembang akibat ikan tersebut belum di ketahui jenis kelaminnya jantan atau betina.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan.
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa penentuan jenis kelamin ikan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan pengamatan seksualitas primer dan pengamatan seksualitas sekunder serta tinggat kematangan gonad IV untuk dua puluh empat ekor ikan Tambakan , sedangkan satu ekor ikan Tambakan belum dapat ditentukan jenis gonad untuk ikan tersebut..
5.2. Saran.
Saran untuk praktikum ini adalah agar dalam pengamatan seksualiatas ikan ini sebaiknya menggunakan spesies ikan yang berbeda dan sebaiknya ikan yang akan dibawa untuk praktikum adalah ikan yang sudah matang gonad pada setiap kelompok.
DAFTAR PUSTAKA
Delfirahman. 1997. Keanekaragaman Jenis Ikan Di Perairan (Tawar, Pyau dan Laut) Desa Campago Selatan. Kecamatan V Koto Kampung Dalam. Kabupaten Padang Pariaman Sumatra Barat. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. UNRI. Pekanbaru. ( tidak di terbitkan).
Effendie, 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantama, Yogyakarta. 163 hal.
Kotelat, M., A . J. Whiten., S. N. Kartikasari dan S. Wirjoatmojo. 1993. Ikan Air Tawar Indonesia Bagian Barat dan Sulawesi. Periplus editions limited. Jakarta. 293 hal.
Pulungan, Putra, Nuraini, Aryani Dan Efiyeldi (1996), Diktat Fisiologi Ikan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. UNRI. Pekanbaru.
________., 2000. Deskripsi ikan air tawar dari waduk PLTA Koto Panjang, Riau. Lemlit UNRI, Pekanbaru.
________., 2004. Penuntun Praktikum Biologi Perikanan. Laboratorium Biologi Perikanan Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu kelautan Universitas Riau. PekanBaru. 2004.66 hal.
Saanin. 1984. Taksonomi dan Identifikasi Ikan. Jilid I dan II. Bina Cipta, Bandung.
Sumantadinata. 1979. Berbudidaya Ikan Dalam Menciptakan Bibit Unggul. Penerbit Agro Media Pustaka. Jakarta.84.hal.
0 komentar:
Posting Komentar